Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Logika Berbagi dan Efek Bahagianya yang Membahagiakan

6 Maret 2021   20:46 Diperbarui: 6 Maret 2021   20:58 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manifestasi sebagai Makhluk Religius, Tetap Beribadah di Masa Pandemi Covid-19 | @kekaha

Teori Dimensi Manusia

Merujuk pada tujuan  pendidikan  nasional pada pasal 3 Undang-Undang  Pendidikan  Nasional,  no.  20/2003,  secara lugas disebutkan sebagai upaya untuk membina kepribadian sekaligus membentuk watak  anak didik agar bisa mengembangkan seluruh potensi  dan  nilai pada dirinya,  sehingga mampu menunaikan kewajiban hidupnya, sebagai makhluk  individu dan makhluk  sosial,  menjadi manusia yang  beriman  dan bertaqwa  kepada  Tuhan  Yang  Maha  Esa (makhluk religi), berakhlak  mulia, warga  Negara yang demokratis dan  bertanggung jawab (makhluk susila). 

Dari penjabaran diatas, secara tersirat kita juga mendapati teori dimensial manusia ternyata tidak hanya sebatas makhluk  individu dan makhluk  sosial semata, tapi juga dimensi sebagai makhluk susila dan makhluk religi.

Sebagai makhluk  individu  manusia adalah kesatuan yang terbatas, diciptakan Tuhan terdiri dari unsur jasmani (raga) dan rohani (jiwa) yang tidak dapat dipisah-pisahkan yang kelak harus dipertanggungjawabkan secara moral kepada dirinya sendiri dan kepada Tuhan. 

Dalam diri manusia, Tuhan juga menginstal bentuk kesadaran diri yang meliputi kesadaran diri diantara realita, self-respect, selfnarcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation yang kelak membentuk kodratiah sebagai makhluk monodualis, yaitu menjadi makhluk  individu dan makhluk  sosial sekaligus.

Antrian Makan Gratis,
Antrian Makan Gratis, "Berbagi" sebagai Manifestasi Makhluk Sosial dan Makhluk Religius  | @kaekaha

Sedangkan sebagai makhluk  sosial, dalam kehidupan sehari-hari, individu manusia sebagai bagian dari warga masyarakat, jelas tidak  dapat hidup sendiri untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya.

Terlebih lagi, pada diri manusia tertanam sifat gregoriousness sejak dilahirkan, yaitu  hasrat/bakat/naluri yang kuat untuk berhubungan atau hidup di tengah-tengah manusia lainnya atau juga kita kenal sebagai zoon politicon menurut teori Aristoteles (384-322 SM).

Konsekuensi sebagai makhluk sosial, menjadikan manusia harus saling berhubungan satu sama lain, sehingga dalam perjalanannya diperlukan aturan-aturan/norma- norma untuk menjadikan keterhubungan antar manusia ini lebih beradab dan membawa mereka menjadi lebih baik. Disinilah aktualisasi dimensi serta peran manusia sebagai makhluk susila atau makhluk yang beretika.

Sebagai makhluk susila, pada hakekatnya manusia yang telah dibekali kesadaran diri, dapat menghayati norma-norma dalam kehidupannya, sehingga mampu mengambil keputusan susila atau menentukan ukuran kepantasan/etiket(persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan) sebuah aktifitas, sekaligus melaksanakannya atau mempraktikkannya. 

Manifestasi sebagai Makhluk Religius, Tetap Beribadah di Masa Pandemi Covid-19 | @kekaha
Manifestasi sebagai Makhluk Religius, Tetap Beribadah di Masa Pandemi Covid-19 | @kekaha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun