Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Serunya Berburu Koran Pagi Terbitan Lokal di Kota Garut

14 November 2019   21:54 Diperbarui: 15 November 2019   04:49 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berburu koran terbitan lokal atau daerah setempat, sudah menjadi hobi atau bahkan sudah menjadi semacam ritual wajib saya sejak dulu jika berkesempatan beranjangsana  atau berkunjung ke daerah baru yang benar-benar belum pernah saya kunjungi sebelumnya. 

Minggu ini, Kota Garut salah satu kota di muka bumi yang mempunyai keajaiban topografis yang unik, yaitu relief bumi berupa kontur gunung dan pegunungan, serta ekosistem dataran rendah berupa kontur pantai sepanjang sekitar 90 km yang berbatasan langsung dengan dalamnya Samudera Indonesia dalam satu kesatuan lansekap, menjadi "ladang perburuan" saya! 

Garut Kota Intan

Memang benar apa kata Bung Karno di tahun 1960-an yang mengatakan Kota Garut di malam hari layaknya pendar intan yang berkilauan jika dilihat dari puncak jalan Cimanuk di pusat kota. 

Itu juga yang saya dan beberapa teman lihat pertama kali, ketika mobil yang menjemput kami dari Jakarta pada tengah malam itu mulai memasuki Kota Garut yang saat itu udara malamnya memang terasa jauh lebih dingin dibanding dengan Jakarta, apalagi Banjarmasin kampung halaman saya. 

Konon, ucapan Bang Karno yang didasari pada penampakan Kota Garut di malam hari jika dilihat dari ketinggian inilah yang menjadi "dasar" penetapan julukan Kota Garut sebagai Kota Intan.  

Malam pertama di Kota Garut, kami "terpaksa" tidak bisa langsung menginap di Kampung Sumber Alam di kawasan Cipanas yang menjadi base camp kami selama berada di Kota Garut. Karena sudah kemalaman, akhirnya kami menginap di salah satu penginapan di Jalan Ranggalawe yang berada di tengah kota Garut.

Jalan Ranggalawe, Kota Garut (dokpri)
Jalan Ranggalawe, Kota Garut (dokpri)

Baru tahu saya, ternyata masyarakat Sunda (Garut) juga mengenal Ranggalawe (bahkan diabadikan menjadi nama jalan), yaitu adipati yang juga dikenal sebagai Pahlawan oleh Masyarakat  Tuban, Jawa Timur yang ikut berjasa dalam pendirian kerajaan Majapahit, walaupun akhirnya justeru meninggal dunia dalam keadaan "dianggap" sebagai pemberontak pertama oleh kerajaan Majapahit.

Setelah check in dan dilanjut bersih-bersih plus  beres-beres "peralatan tempur" untuk esok hari, saya lihat jam di HP sudah menunjukkan pukul 01.35 WITA, karena WITA lebih dulu satu jam dari jam WIB (Garut) artinya sekarang di Garut baru jam 00.35 WIB. 

Saya keluar hotel untuk melihat-lihat suasana sekaligus mengakrabi suasana malam di Kota Garut, siapa tahu masih ada destinasi kulineran malam disekitar hotel, kebetulan kelompok orkestra dalam perut juga mulai main instrumen masing-masing alias keroncongan...he...he...he...! 

Tapi karena di pertigaan jalan Ranggalawe dan jalan Ciledug tidak ada tanda-tanda kehidupan untuk kulineran, akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke hotel untuk istirahat. 


Selamat Pagi Garut!

Matahari masih belum menampakkan sinarnya, ketika alarm dari HP saya berdering kencang membuyarkan mimpi saya makan bakso aci paling nikmat sedunia ditemani dengan dorokdok yang superenyah dan gurih plus es goyobod yang rasa segarnya pasti ngangeni! 

Setelah menjalankan semua ritual wajib di pagi hari yang selalu bikin hati tenang, tentram, terus optimis dan bersemangat, otak juga menjadi lebih fresh bin segar! 

Saya kembali keluar hotel dengan nyeker alias jalan kaki tanpa memakai alas kaki. Pagi ini, saya akan memulai ritual wajib saya di Kota yang baru saya kunjungi, Kota Garut yaitu berburu koran pagi yang terbit ataupun sekedar dijual di Kota Garut. Karena hari terlihat masih gelap, aktifitas warg juga relatif masih belum terlihat. 

Setelah hampir satu jam menunggu sambil mengamati aktifitas pagi di salah satu sudut Kota Garut, akhirnya secara perlahan saya melihat realitas budaya pagi masyarakat Kota Garut. 

Di pojok pertigaan jalan Ranggalawe dan jalan Ciledug atau di depan Rumah Makan Padang  itu mulai mangkal gerobak penjual lontong yang sepertinya enak untuk menu sarapan pagi! Tapi ...saya kok belum menemukan pedagang koran yang saya cari-cari ya?

Setelah ngobrol ngalor ngidul  dengan pedagang gorengan di pertigaan jalan dekat kantor cabang Bank BJB Syariah, pucuk dicinta ulampun tiba!  

Pas lagi enak-enaknya nyeruput kopi hitam pekat dengan sedikit gula kesukaan saya, tiba-tiba ada bapak-bapak setengah baya lewat di samping saya sambil tangan kirinya "memeluk" setumpuk koran pagi yang sepertinya ada beberapa macam terbitan. Woooow ini dia yang saya buru dari tadi, ternyata datang sendiri!

Ketemu pedagang koran di Garut (dokpri)
Ketemu pedagang koran di Garut (dokpri)

"Ini amat mudah! karena yang diburu datang sendiri", bisik dalam hati saya. Iya sih! Karena ada di beberapa kota (khususnya di luar Jawa) untuk berburu "koran daerah" ini, saya harus rela jalan berkilo-kilo meter untuk mendapatkannya. Bahkan biasanya, korannya hanya satu macam terbitan saja. Itu masih bagus! Daripada pas sudah jauh-jauh jalan, sandal jepit satu-satunya putus lagi, eeeeeh korannya udah habis atau pedagangnya tutup!

Setelah ngobrol sebentar dengan si Bapak yang mengaku bernama Pak Ayik Asgar, alias Asli Garut! saya melihat-lihat semua koran yang dibawa Pak Ayik pagi itu. Alhasil saya mendapatkan 5 (lima) koran "berbau lokal" dan beberapa koran nasional yang juga dibawa si Bapak. 

Fix! Koran lokal Garut dan Jawa Barat yang akhirnya saya beli untuk melengkapi koleksi koran nusantara saya di Banjarmasin adalah harian Radar Garut, Pikiran Rakyat, Tribun Jabar, Inilah Koran dan yang terakhir sekaligus koleksi yang paling saya cari adalah koran berbahasa sunda, Mingguan "Galura".

Sayang, ketika saya tanya, ada nggak koran lain yang berbahasa sunda!? Si Bapak hanya menggeleng-gelengkan kepala, entah maksudnya tidak ada atau tidak tahu? 

Semua pakai bahasa sunda (dokpri)
Semua pakai bahasa sunda (dokpri)

Pada perburuan hari kedua, kami sudah check out dari penginapan di jalan Ranggalawe dan pindah ke base camp kami yang sesungguhnya di Kampung Sumber Alam yang mempunyai sesanti, "garden of water", karena di kawasan resort megah dan cantik yang berada di daerah Cipanas ini kita benar-benar disuguhi "penampakan" Garut tempo dulu, yaitu Garut Kota Air! Sangat mirip sekali dengan ekosistem rawa di kampung kami, Banjarmasin. 

Untuk kisah konservasi air di Kampung Sumber Alam, Insha Allah akan saya tulis pada artikel terpisah aja ya, biar fokus!

Di sini, akhirnya saya kembali mendapat rejeki nomplok! Kalau dihari pertama "buruan" yang mendatangi saya, kali ini justeru saya diberi "buruan" alias koran terbitan lokal oleh pihak resort, ketika mengetahui kalau saya seorang pemburu (koran terbitan lokal), yaitu koran Rakyat Garut dan Radar Tasikmalaya. Alhamdulilah!

Kamus bahasa sunda ada juga (dokpri)
Kamus bahasa sunda ada juga (dokpri)

Tentang Galura

Khusus untuk koran mingguan Galura, terbitan dari Kota Bandung yang masih satu grup dengan harian Pikiran Rakyat ini semua isinya berbahasa Sunda, kecuali pada rubrik kabeungharan  kecap, bagian dari rubrik Mupu Kembang yang berisi latihan basa dan kamus bahasa sunda.  

Jadi maaf, jangan tanya isi beritanya apa ya! Karena kada paham lalu! alias Ora weruh babar blas! Tapi justeru koran-koran seperti inilah yang paling saya cari kalau pas kebetulan ke luar daerah atau keluar negeri.

Isi korannya cukup lengkap, ada beragam rubrik yang sepertinya sangat menarik (dari melihat ilustrasi gambar dan meraba-raba dari kata yang sepertinya mempunyai kemiripan dengan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa).

Seperti ada Bakekok, Mamang Lengser, Lensatama, warna-warni, Satukangeun Lalangse, Mupu Kembang, Nyukeruk Galur, Seni, Milangkori (bahasa jawa ada juga kosakata milangkori yang secara harfiah berarti "menghitung pintu"), Atikan, Carpon, Aweuhan Kalam, Carita Nyambung dan Macangkrama.  

TTS Bahasa Sunda (dokpri)
TTS Bahasa Sunda (dokpri)

Suprise! Pertemuan saya dengan "Galura" termasuk pertemuan spektakuler yang tidak pernah saya duga sebelumnya, walaupun tetap saya pikirkan sejak dari Banjarmasin.

Niat dan tekad saya, mumpung di tanah sunda atau tanah priangan, saya wajib berburu koran berbahasa daerah sunda, sebanyak-banyaknya!

Semoga bernmanfaat!

Mudah-mudahan suatu saat, saya bisa berburu koran lokal di daerahmu, Amin.
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun