Warna-warni Kota Banjarmasin
Warna-warni sepertinya memang telah menjadi takdir bagi Kota Banjarmasin, Ibu Kota Propinsi tertua sekaligus terkecil di Pulau Kalimantan ini mempunyai wilayah hanya 98 km2 atau dari luas wilayah saudara mudanya Kota Banjarbaru dan sama dengan 1/8 luas Kota Jakarta.Â
Coba bandingkan dengan luas Kota Palangkaraya, ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah yang digadang-gadang menjadi kandidat terkuat menggantikan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia yang luas kotanya mencapai 2.400 km2. Wauuuw, seperberapanya ya?
Tapi jangan salah, karena untuk urusan kepadatan jumlah penduduk Kota Banjarmasin juaranya di Pulau Kalimantan! Menurut data BPS tahun 2013, kepadatan penduduk di Kota Banjarmasin merupakan yang terpadat di Pulau Kalimantan, yaitu mendekati angka 7000jiwa/km2. Coba bandingkan dengan Kota Samarinda Ibu Kota Kalimantan Timur yang hanya 1.122 jiwa/km2 atau sekalian sama calon ibu kota negara kita Kota Palangkaraya yang kepadatan penduduknya hanya 102 jiwa/km2.
Sepertinya dari status sebagai Kota terpadat di Kalimantan inilah takdir warna-warni Kota Banjarmasin bermula! Sebagai kota perdagangan tua yang telah berdiri lebih dari 5 (lima) abad yang lalu, Kota Banjarmasin sebagai bandar perdagangan memang sejak lama menjadi titik terpenting dalam mobilisasi manusia dan barang dari dan menuju pedalaman Pulau Kalimantan, melalui jalur transportasi sungai.Â
Maka wajar, jika sekarang Kota Banjarmasin penduduknya sangat majemuk layaknya miniatur Indonesia. Uniknya, keberagaman dan kemajemukan masyarakat Banjarmasin ini pada perjalanannya justeru membentuk banyak entitas budaya baru sebagai bentuk kompromi dan akulturasi antar sesama budaya masyarakat nusantara yang ada. Keren kan Banjarmasinku!?
Ragam Warna-warni OOTD Masyarakat Banjar kala Basambang
Basambang atau Basasambang merupakan  bahasa Banjar yang arti dan maknanya kurang lebih sama dengan ngabuburit.  Menurut budayawan Banjar yang juga Kompasianer Zulfaisal Putera,  basambang sama dengan ngabuburit, yaitu aktifitas yang telah menjadi "budaya" masyarakat muslim di pelosok Indonesia dalam mengisi waktu menjelang berbuka puasa di bulan suci Ramadhan.
Salah satu produk budaya pop milenial yang sering menjadi buah bibir masyarakat di dunia maya adalah terkait budaya berbusana atau berpakaian ala para milenial kekinian yang biasanya selalu up to date dan on share melalui berbagai media sosial, terkhusus Instagram.
Bagaimana dengan Banjarmasin?
Meskipun tercatat sebagai miniatur Indonesia, budaya berpakaian masyarakat Banjar secara umum tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia, termasuk daerah lain yang masyarakatnya mempunyai basis tradisi ke-Islaman yang kuat seperti di Sumatera Barat, Aceh, Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan lain-lainnya.Â
Kuatnya pengaruh tradisi Islam di masyarakat Banjar, menjadi pengikat alam bawah sadar masyarakat Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan, khususnya para babinian (bhs Banjar;wanita)  muslim untuk selalu memakai ragam jenis pakaian bernuansa Islami (menutup aurat, longgar dan kerudung/hijab) dalam kesehariannya, khususnya ketika beraktifitas di luar rumah  (baik dalam suasana formal maupun informal).
Masyarakat Suku Banjar sebagai tuan rumah sekaligus sebagai mayoritas, dengan tradisi ke-Islamannya yang sangat kuat serta budaya toleransinya yang tinggi, saat ini terus berusaha untuk bisa ngemong layaknya kepada saudara anum (bhs Banjar ; muda) kepada semua pendatang dan hebatnya lagi, para pendatang dari seluruh pelosok  nusantara  dengan latar belakang budaya, agama, bahasa bahkan warna kulit yang berbeda semuannya peduli untuk mengedepankan prinsip dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.
Sebagian besar muslim perempuan di Kalimantan Selatan akan mengenakan OOTD ala muslimah umumnya ketika keluar rumah, yaitu memakai kerudung/jilbab/hijab yang menutup kepala sampai lutut, walau ada juga yang hanya sampai pinggang atau bahkan sampai dada saja.Â
Umumnya, tingkat "keseriusan" berjilbab atau berhijab mereka dalam ber-OOTD juga sangat dipengaruhi oleh aktifitas di luar rumah yang akan dihadiri. Semakin tinggi "kelas" acara yang didatangi, biasanya akan berbanding lurus dengan dengan tingkat keseriusan dalam berhijab.Â
Artinya, proses berhijabnya secara fisik akan semakin detail, semakin tertutup dan semakin lengkap dan begitu pula sebaliknya. Sebagai contoh, biasanya proses berhijab ketika mau belanja ke warung dengan mau menghadiri majelis taklim atau acara kondangan, semuanya pasti berbeda-beda tingkat keseriusannya.
Khusus anak mudanya, secara umum mereka juga memilih tampil dengan OOTD yang cenderung eksklusif (yang pertama; yang sekelompok, nyentrik dan beda dari yang lain), praktis/cenderung simpel santai dan ekspresif khas anak muda baik untuk laki laki maupun yang babinian. Sedangkan untuk acara informal seperti untuk acara bukber, bisanya lebih fleksibel lagi seperti tampilan foto dibawah!
Semoga bermanfaat!