Pada akhirnya, perdebatan antara media konkret dan digital seharusnya tidak membuat kita terjebak pada dikotomi. Media hanyalah sarana. Yang paling penting adalah bagaimana guru menggunakannya untuk menumbuhkan pemahaman, kreativitas, dan kemanusiaan anak.
Dalam semangat filsafat pendidikan kontemporer, pembelajaran matematika yang ideal adalah pembelajaran yang menyatukan tangan, pikiran, dan hati. Anak-anak perlu menyentuh dunia nyata melalui benda konkret, sekaligus menjelajah dunia digital yang membuka cakrawala baru.
Sebagaimana dikatakan Ki Hajar Dewantara, “pendidikan sejati adalah proses memanusiakan manusia.” Maka, baik balok kayu maupun tablet, keduanya hanyalah jembatan menuju tujuan yang sama: membentuk generasi yang berpikir kritis, kreatif, dan tetap manusiawi di tengah dunia digital.
Referensi
- Kablan, Z., et al. (2013). Comparison of PowerPoint and Concrete Teaching Materials in terms of Learning Efficiency.
- Khairunnisa, G. F., & Ilmi, Y. I. N. (2020). Media Pembelajaran Matematika Konkret versus Digital: Systematic Literature Review di Era Revolusi Industri 4.0.
- Chusna, N. L. U., Khasanah, U., & Najikhah, F. (2024). Interactive Digital Media for Learning in Primary Schools.
- Mubaidilla, I. A. (2025). Digital Media vs. Conventional Media: Effectiveness of Learning in Primary Education.
- Latipun, P. D., & Zuriah, N. (2025). PENDIDIKAN KONTEMPORER KAJIAN FILSAFAT DAN TEORI. UMMPress.
Oleh : Kadek Yudista Witraguna
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI