Anak yang mengalami stunting menunjukkan beberapa tanda dan gejala. Berikut adalah beberapa di antaranya:
- Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya
- Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
- Berat badan yang tidak naik, bahkan cenderung turun
- Rentan mengalami masalah kesehatan
- Pertumbuhan tulang dan gigi yang terlambat
- Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk
- Pubertas yang lambat
- Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya
- Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya
Mengidentifikasi tanda dan gejala stunting sejak dini sangat penting untuk melakukan intervensi yang tepat guna memperbaiki status gizi anak dan mencegah dampak jangka panjang dari kondisi ini. Penanganan yang cepat dan efektif dapat membantu anak mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
PENYEBAB STUNTING
Stunting juga memiliki banyak penyebab yang kompleks, dan seringkali merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling berhubungan. Beberapa penyebab utama termasuk:
- Kekurangan Gizi, kurangnya asupan gizi yang memadai, terutama protein, zat besi, vitamin A, vitamin D, dan kalsium, dapat menghambat pertumbuhan anak-anak.
- Gizi Ibu Selama Masa Kehamilan, kekurangan gizi pada ibu selama kehamilan dapat memengaruhi pertumbuhan janin dan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, yang meningkatkan risiko stunting di kemudian hari
- Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), berat badan lahir rendah atau sering disebut dengan BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram. Berat badan lahir rendah bisa disebabkan oleh keadaan gizi ibu yang kurang selama kehamilan. Masalah jangka panjang yang disebabkan oleh BBLR adalah terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan.
- Masalah dalam pemberian ASI, Masalah dalam pemberian ASI yaitu: delayed initiation, tidak menerapkan ASI eksklusif, dan penghentian dini konsumsi ASI.
- Pola Makan Yang Buruk, kebiasaan makan yang tidak sehat, termasuk konsumsi makanan yang rendah gizi dan tinggi lemak, gula, dan garam, dapat menyebabkan stunting jika terjadi dalam jangka waktu yang lama.
- Penyakit Infeksi, penyakit kronis, infeksi kronis, atau penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi juga dapat menghambat pertumbuhan anak-anak.
- Faktor Lingkungan, faktor lingkungan seperti sanitasi yang buruk, akses terbatas ke air bersih, dan kebiasaan hidup yang tidak sehat dapat memperburuk kondisi gizi dan menyebabkan stunting.
- Faktor Sosio Ekonomi, ketidakstabilan ekonomi, kemiskinan, kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, dan kurangnya pendidikan tentang gizi dan perawatan anak dapat menjadi faktor risiko untuk stunting.
- Faktor Genetik, beberapa kasus stunting mungkin juga disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan, meskipun faktor ini lebih jarang terjadi dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya.
PENCEGAHAN STUNTING
Usia 0–2 tahun atau usia bawah tiga tahun (batita) merupakan periode emas (golden age) untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada masa tersebut terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Periode 1000 hari pertama sering disebut window of opportunities atau periode emas ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada masa janin sampai anak usia dua tahun terjadi proses tumbuh-kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain. Gagal tumbuh pada periode ini akan mempengaruhi status gizi dan kesehatan pada usia dewasa.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan masalah stunting ini mengingat tingginya prevalensi stunting di Indonesia. Pemerintah telah menetapkan kebijakan pencegahan stunting, melalui Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Peningkatan Percepatan Gizi dengan fokus pada kelompok usia pertama 1000 hari kehidupan, yaitu sebagai berikut: (Kemenkes RI, 2013)
- Ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan
- Pemberian Makanan Tambahan (PMT) unruk ibu hamil
- Pemenuhan gizi
- Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli
- Pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
- Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan
- Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi diatas 6 bulan hingga 2 tahun Â
- Pemberian imunisasi dasar lengkap dan vitamin A
- Pemantauan pertumbuhan balita di posyandu terdekat
- Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Â
DAFTAR PUSTAKA
- Arbain, T., Saleh, M., Putri, A. O., Noor, M. S., Fakhriyah, F., & Ranindy, Q. S. K. A. I. K. et al. Â (2022). Stunting dan permasalahannya. CV Mine.
- Febri Kurniatin, L., Bahriyah, F., Wati, I., Ulva, S. M., Abselian, U. P., Laili, U. N., et al. (2023). Stunting (Y. Sabilu, L. Rosyanti, & N. Nasruddin, Eds.). CV Eureka Media Aksara. http://repository.stikeswirahusada.ac.id/id/eprint/447/1/Buku%20Stunting.pdf
- Handayani, M. L., & Trustisari, H. (2024). Butating: Buku pintar cegah stunting. BFS Medika. https://www.penerbitbfsmedika.comÂ
- Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A. O., Anggraini, L., & Mahasiswa, B. et al. (2018). Study guide: Stunting dan upaya pencegahannya
- Utari, S., Nur, R., Widyastuti, L., & Arumsari, N. (2021). Pendampingan keluarga dalam percepatan penurunan stunting. (Penerbit tidak disebutkan)
- Wardah. (2022). Keluarga bebas stunting.
- Sari, I. P., Trisnaini, I., Ardillah, Y., & Sulistiawati, S. (2021). Buku Saku Pencegahan Stunting sebagai Alternatif Media dalam Meningkatkan Pengetahuan Ibu. Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(2), 300-304.
- Ambarwati, D., Kusuma, I. R., Riani, E. N., & Safitri, M. D. (2022). Pemanfaatan Buku KIA sebagai
sarana deteksi dini stunting secara mandiri. Jurnal Berdaya Mandiri, 4(1), 852-859.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI