Ternyata hal diatas tidak bisa menjadi pedoman satu2nya agar hidup keluarga menjadi harmonis.
Benar juga kata orang tua dulu yang mengatakan bahwa kita harus mengenal bibit, bebet dan bobot pasangan kita dulu agar kita bisa membina rumah tangga lebih langgeng.
Kematangan emosi, mental dan spiritual juga dibutuhkan disini... terlebih kita menikah bukan dengan sejenis tetapi lawan jenis yang tentunya memiliki karakter dan tabiat yang mungkin saja sangat berbeda.
Apalagi ketika pacaran hanya sesuatu yang baik saja yang ditonjolkan dengan buruknya baru ketahuan ketika sudah menikah...
Coba saja ada garansi.. jika tidak cocok dapat dikembalikan...ha..ha..ha..
Kita harus menelan pahit2 satu paket plus dan minusnya pasangan kita sampai akhir hayat...
Kalo banyak plusnya sih masih mending... kalo banyakkan minusnya... apes banget ya...
Diperlukan kematangan dan kedewasaan dalam berpikir untuk membina komunikasi dengan pasangan agar dapat selaras sampai akhir..
Mengalah bukan berarti kalah.. belajar memahami bukan berarti kita diinjak2.. dan merasa berada dibawah..
Kadang kala penguasaan diri sangat dibutuhkan dalam berinteraksi dengan pasangan...
Tahu kata2 apa yang akan dikeluarkan kapan dan dimana akan dikeluarkan dapat menolong kita untuk dapat melanggengkan rumah tangga kita.