Mohon tunggu...
Rudi Mulia
Rudi Mulia Mohon Tunggu... Konselor

salah satu Co-founder Komunitas Love Borneo yang mendirikan rumah baca di pedalaman Kalimantan Barat. saat ini sudah ada 16 rumah baca dan akan terus bertambah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selamat Tinggal Papa dan Mama

21 Oktober 2011   02:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:42 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lagi-lagi pagi ini saya mendapatkan blackberry messenger yang sangat menyentuh hati. Kisah tentang penerimaan tanpa syarat. Namun kisah ini berakhir tragis. Untuk lebih lengkapnya silakan membaca. Seorang Pemuda Amerika pergi ke Vietnam dalam rangka Tugas Negara untuk berperang. 2 tahun kemudian ia pulang  kerumahnya. Dikarenakan rumahnya berada di pinggiran kota dan perjalanan masih cukup jauh akhirnya dia mampir di wisma terdekat dengan kota tersebut. Dari wisma itu dia menelpon ibunya..“Mama, Saya sudah pulang,” “Puji Tuhan nak, dua tahun kami menunggu mu Nak" jawab sang Ibu “Ma, saya bawa teman boleh ngak untuk tinggal dirumah." “O,boleh Nak…biarlah temanmu tinggal bersama kita" “Tapi Ma, masalahnya pemuda itu Cacat…..Tangan dan Kakinya sudah diamputasi" Sejenak ibunya diam. Hening. Yang kemudian terjadi adalah nada gembira si ibu menghilang, berganti suara kaget dan marah. “Nak, apa kamu ini sudah gila, mau-maunya membawa orang cacat begitu tinggal di rumah kita,” katanya dengan nada tinggi. “Apa kamu tidak punya teman yang normal? Orang cacat selamanya akan bikin kita susah. Kamu sama saja dengan membawa kutu ke kepalamu sendiri. Mama tidak setuju!” Lalu telpon terputus tiba-tiba...... Keesokan harinya ibu beserta ayahnya menjemput anaknya di Wisma tersebut, kaget kedua Ortu tersebut ketika sampai di Wisma. Ada begitu banyak orang berkerumun dan Polisi yang sedang mengamankan lokasi. Ada apa gerangan? Oooo.. ada yang bunuh diri. Ketika didekati mereka kaget dan tak percaya. Ternyata yang bunuh diri itu adalah anak mereka. Meledaklah tangis si Ibu. Ia menyadari bahwa orang cacat yang diceritakan kepadanya adalah anaknya sendiri…Anak ini sedih dan terluka hatinya ketika ibunya mengatakan penolakan atas kehadirannya…… Di saku baju si pemuda tadi ditemukan secarik kertas surat dengan noda darah “Mama, Papa, Dua tahun lalu Aku pergi dengan membawa cinta Mama dan Papa. Ketika saya kembali, saya berharap cinta itu masih ada seperti semula. Tetapi rupanya cinta itu sudah tidak ada, sudah hilang bersama hilangnya kedua kaki dan sebelah tangan saya. Maka buat apa lagi saya hidup. Selamat tinggal papa dan mama". Semakin meledaklah tangis sang mama. Begitulah, tanpa Kasih segala tidak berarti, walaupun kita kaya, otak cemerlang dan sebagainya. Tanpa kasih tiada guna. Teringat kutipan yang mengatakan  Kasih itu Sabar, Kasih itu Baik Hati, Kasih itu lemah lembut. Inti cerita tersebut: Kita harus menerima keadaan seseorang di saat dia sempurna maupun tidak sempurna…..itulah yang dinamakan KASIH !!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun