Entah dengan bahasa dan kalimat seperti apa lagi untuk menggambarkan kondisi dan perilaku pejabat di negeri ini
Muak , melihat dan mendengar polah-tingkah serta perilaku mereka yang korup
Ditengah kemewahan fasilitas yang mereka terima sebagai pejabat Negara,
lupa akan  rakyat yang menderita dan kelaparan,
balita  mengalami gizi buruk,
buruh  hidup dibawah garis pra sejahtera,
jutaan petani hidup dalam kondisi memprihatinkan,
menjadi buruh bagi tanahnya sendiri,
Entah dengan bahasa dan kalimat seperti apa lagi untuk menggambarkan keadaan negeri ini,
Hukum telah diselingkuhi oleh politik yang melahirkan birokrat korup,
Disetubuhi oleh para saudagar kaya melahirkan peraturan perundang-undangan yang tidak lagi
mencerminkan keadilan bagi rakyatnya sendiri,
Hukum bukan lagi sebagai panglima,
hukum telah disulap menjadi budak yang menghamba pada uang dan kekuasaan
Entahlah, harus dengan bahasa dan kalimat seperti apalagi untuk menggambarkan pejabat di negeri ini,
Manusia-manusia bertopeng agama dan kealiman,
namun sejatinya mereka sedang menyembunyikan wajahnya yang bopeng,
Manusia yang hidup hanya mengumbar janji dan tak pernah bisa menepati,
Manusia yang telah kehilangan hati nurani dan tak berempati lagi melihat penderitaan rakyatnya sendiri,
Entah dengan bahasa dan kalimat seperti apa lagi untuk menyapa mereka para pemimpin negeri ini,
Hidup semaunya sendiri,
Memperalat rakyat demi kekuasaan dan memperkaya diri sendiri,
Pemimpin yang hanya bisa mengeluh,
mengadu,
tebar pesona; dan
membuat pencitraan diri,
Entah dengan bahasa dan kalimat seperti apa lagi,
Negeri para pencoleng
Yoseph Heriyanto
Jakarta, 2011
Penulis aktif di Komunitas Bentang Komunikasi
*puisi ini juga telah di muat di Blog pribadi www.kabutsore.blogspot.com