Mohon tunggu...
Yoseph Heriyanto
Yoseph Heriyanto Mohon Tunggu... -

Jangan remehkan bunga yang layu lalu gugur di tanah, sejatinya dia sedang menebar benih demi eksistensi sebuah warna keindahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Negeri Para Pencoleng

21 Februari 2012   04:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:23 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com



Entah dengan bahasa dan kalimat seperti apa lagi untuk menggambarkan kondisi dan perilaku  pejabat di negeri ini

Muak , melihat dan mendengar polah-tingkah serta perilaku  mereka yang korup

Ditengah kemewahan fasilitas yang mereka terima sebagai pejabat Negara,

lupa akan  rakyat yang menderita dan kelaparan,

balita  mengalami gizi buruk,

buruh  hidup dibawah garis pra sejahtera,

jutaan petani hidup dalam kondisi memprihatinkan,

menjadi buruh bagi tanahnya sendiri,


Entah dengan bahasa dan kalimat seperti apa lagi untuk menggambarkan keadaan negeri ini,

Hukum telah diselingkuhi oleh politik yang melahirkan birokrat korup,
Disetubuhi oleh para saudagar kaya melahirkan peraturan perundang-undangan yang tidak lagi
mencerminkan keadilan bagi rakyatnya sendiri,
Hukum bukan lagi sebagai panglima,
hukum telah disulap menjadi budak yang menghamba pada uang dan kekuasaan
Entahlah, harus dengan bahasa dan kalimat seperti apalagi untuk menggambarkan pejabat di negeri ini,
Manusia-manusia bertopeng agama dan kealiman,
namun sejatinya mereka sedang menyembunyikan wajahnya yang  bopeng,
Manusia yang hidup hanya mengumbar janji dan tak pernah bisa menepati,
Manusia yang telah kehilangan hati nurani dan tak berempati lagi melihat penderitaan rakyatnya sendiri,
Entah dengan bahasa dan kalimat seperti apa lagi untuk menyapa mereka para pemimpin negeri ini,
Hidup semaunya sendiri,
Memperalat rakyat demi kekuasaan dan memperkaya diri sendiri,
Pemimpin yang hanya bisa mengeluh,
mengadu,
tebar pesona; dan
membuat pencitraan diri,
Entah dengan bahasa dan kalimat seperti apa lagi,
Negeri para pencoleng


Yoseph Heriyanto
Jakarta, 2011


Penulis aktif di Komunitas Bentang Komunikasi
*puisi ini juga telah di muat di Blog pribadi www.kabutsore.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun