Mohon tunggu...
Soultan Kabasaran
Soultan Kabasaran Mohon Tunggu... Auditor - Gelar adat

Andai dunia terlalu sempit, hati terlalu luas ntuk ditempati sendiri , banyak ruang yang DIA anugerahkan didalam sana tentu sangat cukup untuk berbagi. Hidup hanya sekali, Mari buat berarti.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tahukah Kau Beda Memeluk Dengan Meremuk?

21 Februari 2016   11:17 Diperbarui: 21 Februari 2016   11:46 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jam dinding mendesah lirih , antara terdengar dan tidak suaranya sayup mendentangkan waktu, dua belas kali hitungannya. Hujan deras mendesir, nyanyiannya memekakkan telinga, air-air menjuntai jatuh bagai kaki-kaki penari kuda lumping kesurupan sesekali kilatan lidah api menelanjangi langit. Seekor cicak berjalan tertatih lesu menahan lapar. Dari mulutnya keluar umpatan kesal karena hujan telah menahan makan malamnya.

Di ruang baca sebuah rumah, seorang laki-laki terduduk menahan kantuk , tujuh puluh enam kali sudah dia menguap, dengan mata menyipit diseretnya langkah gontai menuju kamar tidur, direbahkannya badan dan ditariknya selimut dalam-dalam sambil menggulung tubuh menyerupai kaki seribu, mendekatkan lutut dengan mulut. 

Diantara sadar dan tidak, diantara masih ada dan pergi, lelaki mendengar langkah-langkah terserak mendekati kamar, semakin dekat semakin nyata, dari aroma khas minyak gosok yang menyusup ke rongga-rongga selimut dia tahu bahwa itu adalah istrinya. lalu dalam satu hembusan nafas dirasakannya sesosok tubuh merebah disampingnya dan seperti biasa tempat tidur menjerit pilu menahan berat tubuh mereka, tubuh-tubuh yang setiap malam menumpangkan diri berlupa di atasnya.

Dia yang tadinya telah jelang tiada mendadak terbangun  ada, seperti biasa dibiarkannya sang istri memeluk erat tubuhnya, menumpangkan tiga puluh tiga kilo kaki kanan di pinggulnya dan tujuh belas kilo lengan kanan di lingkar lehernya. Dia coba menahan tapi nadinya berteriak, dia coba mendiam tapi nafasnya tersedak, lalu dia tawarkan; “ istriku, mari aku yang memelukmu “ . Sang istri menjawab ketus; “ Hey lelaki ! biarkan aku yang memelukmu ”.

Biarkan aku yang memelukmu !.  Sebuah kalimat yang sebenarnya telah lama ingin tidak didengarnya, sesuatu yang dia sudah mengharu biru menanggungkannya sampai lelah sebenar-benar lelah mengganduli hatinya, sampai yakin sebenar-benar yakin membatu di kepalanya bahwa kalimat itu tidak akan pernah hilang meluncur dari mulut istrinya. Biarkan aku yang memelukmu. Ya. Biarkan aku yang memelukmu.

Dalam sesak dadanya, dalam berat nafasnya, si lelaki sedikit menggeliat untuk sekedar meringankan beban di pinggul, melonggarkan belitan lengan di leher namun sayup didengarnya sang istri berkata; “ Jangan kau ganggu tidurku, luruskan badanmu dan  biarkan aku memelukmu!.

Si lelaki tersedak, dadanya makin menyesak lalu sambil menahan nafas, dengan lembut dia berbisik ; Istriku !. Silakan kau peluk tubuhku, tumpangkanlah kakimu dipinggulku, lingkarkanlah lenganmu dileherku. Tapi tolong jangan kau suruh aku meluruskan badan, aku ingin tidur menggulung seperti kaki seribu karena aku sangat nyaman serupa itu .
Rasanya seperti di rahim bunda.
Ya . Seperti di rahim bunda.

Tiba-tiba kencang si istri setengah berteriak. Hey ! Bawel amat sich kamu. Luruskanlah badanmu, biarkan aku memelukmu.

Lelaki diam terbaring  membantu.
Ia ingin tidur tapi kantuknya kabur,
Ia ingin  tiada tapi dadanya menyala,
Ia ingin berlupa tapi panca inderanya bekerja
Ia sangat ingin berehat tapi hati & badannya diganduli beban berat.
Lalu diantara dengkur pulas sang istri dengan lirih ia mendesah; 
Istriku tahukah kau beda memeluk dengan meremuk ?. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun