Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pecinta literasi

Blog ini merupakan kelanjutan dari blog pada akun kompasiana dengan link: https://www.kompasiana.com/sulfizasangjuara 🙏❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malaikat Tidak Datang Hari Ini

24 Agustus 2021   08:17 Diperbarui: 24 Agustus 2021   08:28 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: memegenerator.net

PELAJARAN mengarang* membuat Andi selalu datang ke sekolahnya yang membosankan. 

Mengarang membuat Andi bebas mencurahkan pikiran-pikiran yang berkelahi dalam otaknya. Guru bahasa Indonesia, Ibu Maia, selalu mengagumi keberanian Andi dalam mengarang. Ibu Maia percaya, suatu hari nanti, Akademi Swedia akan menjatuhkan Nobel Sastra ke tangan anak tunggal pejabat pajak ini.

Ibu Maia sering berkata, Karangan Andi jauh lebih memikat daripada karya-karya Gabriel Garcia Marquez dan Toni Morisson. Meski bakat Andi dalam mengarang luar biasa, seribu malaikat pun tahu pujian ini agak berlebihan.          

Hari ini pelajaran mengarang dimulai menjelang badai. Andi pun bertekad menulis sebaik-baiknya. Murid-murid perempuan kasak-kusuk menyiapkan alat-alat tulis. Sesekali, mereka melirik ke arah Andi dan berbisik-bisik. Memang, meski Andi tidak bisa mengerjakan soal matematika, ia selalu menjadi pusat perhatian setiap pelajaran mengarang tiba.

Ibu Maia dan seluruh murid selalu berdebar-debar menanti karangan Andi. Dari karangan Andi, mereka mengenali harga tas istri para koruptor cukup membangun dua puluh sekolah. Dari karangan Andi, mereka tahu nama mall di Singapura yang menjadi tempat keluarga koruptor membelanjakan uang. Dan dari karangan Andi pula, mereka tahu artis-artis sinetron dan model papan atas yang tidur dengan para koruptor pada jam makan siang.    

Anak-anak sayang, tutur Ibu Maia dengan suara alto yang merdu. Kalian punya waktu satu jam penuh.

Sebelum pelajaran mengarang, Andi selalu berdoa agar malaikat mencegah Ibu Maia memilih judul-judul tentang dirinya dan anggota keluarga. Ia telah belajar untuk menyembunyikan siapa dirinya dan orangtuanya. Orang-orang harus tahu mereka berbahagia serupa foto-foto keluarga ideal, meski kenyataannya tidak demikian.

Barangkali sejak pagi, malaikat belum datang ke kelas VI. Akibatnya, doa Andi belum terkabul. Di papan tulis, Ibu Maia menuliskan tiga judul karangan. Judul pertama, Ibu. Judul kedua Aku. Dan judul ketiga, Ayah.

Dancuk! kutuk Andi dalam hati.

Aku mau memilih judul ketiga, bisik Gendis ke telinga Novita. Aku ingin berjumpa dengan ayahku. Kata ibuku, ayahku pergi karena aku nakal. Kalau kamu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun