Mohon tunggu...
Just Pensies
Just Pensies Mohon Tunggu... Swasta -

apa iya ini aku???

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[KCV] Valentine-ku Satu Nama

14 Februari 2012   22:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:38 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1329269320673027484

(Margaretta Christitta dan Just Pensies, No: 208)

[caption id="attachment_171126" align="aligncenter" width="300" caption="...dalam kenangan, tergambar dirimu, dalam hatiku..."][/caption]

Februari... selalu menjadi bulan merah muda bagi kebanyakan remaja, dan mungkinsiapapun yang mau menerima konsep tentang hari kasih sayang. Ya, Valentine selalu mendesak datang di bulan ini, memilih satu hari khusus berangka empat-belas. Setidaknya, dia hadir di pusat-pusat perbelanjaan dan menjadi komoditas peluang bisnis. Buatku,Valentine hanya untuk sebuah nama, “Bayu”.

“Oper bolanya, Ta!” teriak Liana padaku.

Aku menoleh dan kulempar bola pada Liana.Tim lawan nyaris sempat merebutnya.Bola melambung tak terkendali dan... Bag!!! Bola mengenai kaki seorang cowok yang sedang berdiri menyandarkan tubuh pada sebuah sepeda onthel dan tampak berbincang dengan temannya.

“Haduh!..“, teriaknya, “Woi cah ayu, kalo main basket lihat-lihat ringnya.Bukan di sini tempatnya. Nih bolamu tak kembalikan!” serunya sambil melempar si bulat.

“Makasih ya mas” kataku tak peduli. Aku menangkap si bulat dan kembali memantulkannya ke lantai lapangan. Entah cowok itu masih disana atau tidak.

14 Februari 2009

Siang ini aku menemani Mas Arya ke sebuah Panti Asuhan di daerah Semarang untuk berbagi kebahagiaan. Mas Arya, kakakku yang lebih cerewet dari ibuku ini, kemarin baru saja lulus ujian pendadaran. Kebetulan hari ini juga merupakan hari kasih sayang.Jadi, sengaja mas Arya mengajakku berbagi kasih dengan anak-anak berkebutuhan khusus. Tawa riang anak-anak menyambut kami.

“Kalau ruang di sebelah sana untuk usia berapa bu?” tanyaku pada bu Murni, salah satu penanggung jawab Panti ini.Bu Burni tidak menjawab dan membimbingku ke salah satu ruang di depan taman.

Dihening kidung sabdaMu terbentang damai tenang,

diambang kasih cintaMu imanku ingin pulang....”

Kudengar sebuah syair lagu yang cukup familiar. Lagu itu mengalun diiringi petikan dawai gitas seorang pria.Di hadapannya, anak-anak berkerumun. Ada anak autis yang asyik sendiri. Ada yang bergumam sambil mewarnai. Namun, tak sedikit pula yang memperhatikan dengan seksama. Semuanya adalah anak-anak berkebutuhan khusus yang tinggal di Panti ini.

Pria itu menghentikan petikan gitarnya dan membalikkan badan. Ia merasakan kehadiran orang lain di belakangnya.

Lho...Mbake cah ayu Ndak bawa bola basket to?” sapanya sambil memperlihatkan deretan gigi yang putih dan senyumnya yang… Yah... standar aja sih menurutku.

“Ini namanya Mas Bayu.Anak-anak memanggilnya begitu, supaya lebih akrab. Tiap Rabu, Sabtu dan Minggu sore menemani anak-anak di sini. Hari lain, dia sibuk di SMA Loyola. Dia itu sebenarnya….

“Emmmm…. Mbak’e siapa to namanya?” Keterangan Bu Murni disambar sama cowok itu.Ihhh…gak sopan banget! Aku masih saja ternganga. Orang aneh begitu kok bisa akur sama anak-anak…pikirku. Lalu kami bersalaman dan saling menyebut nama.

Awal Februari 2010...

Hampir setahun aku mengenal Mas Bayu. Kedekatanku dengannya mulai terasa setelah sebulan sejak perkenalan di panti asuhan itu. Sejak itu, kami menjadi sering berkomunikasi. Terlebih setelah Mas Arya dapat beasiswa dan meneruskan kuliahnya di Tokyo.

Ada saja hal-hal yang membuat kami berbagi cerita. Dia seperti malaikat yang selalu ada buatku. Mulai dari permintaanku untuk datang kerumah, sekedar membereskan laptopku yang tiba-tiba ngambek…sampai beberapa tugas kuliah yang menyulitkanku. Dia juga kerap memintaku untuk membantunya mengajar di panti asuhan.

Satu tahun berlalu dan dia tetap menjadi misteri buatku. Menarik! Sosok pendiam ini begitu cerdas, pola pikirnya hebat , bijaksana dan rendah hati. Terkadang dia menceritakan tentang ibunya, almarhum ayah dan juga adik perempuannya yang meninggal karena kecelakaan bersama ayahnya. Bayu tidak pernah menceritakan dirinya sendiri, tidak juga tentang masakecil dan kuliahnya. Ketika aku tanya, dia selalu menghindar.

Beberapa hari lagi, Valentine hadir bagi anak-anak muda. Itupun adalah hari ulang tahun Bayu. HuftLangit semakin rendah dan rasanya sulit membuatku bernafas. Aku benar-benar tak mampu menyembunyikan perasaan ini sendirian.

14 Februari 2010

Aku mau nekat! Aku mau ngomong kalau aku cinta sama Bayu... Terserah apa tanggapannya...

Kami bertemu di Panti Asuhan. Di depan wajah-wajah malaikat ini, aku pernah menemukan sosok menarik yang membuatku nyaman.

“Ta, hari ini aku ulang tahun loh! Hayo kadonya mana?” canda Bayu sambil menepuk bahuku.

Darahku seakan mengalir ke kepala dan semuanya tiba-tiba lenyap. Oh Tuhan.. aku benar-benar jatuh cinta! Aku belum sanggup berucap apapun dan Bayu melanjutkan.

“Ah bercanda aja kok...Aku punya sahabat kayak kamu dan mereka juga udah bahagia. Oh iya, aku mau pamit dari sekarang. Minta doanyaya...

“Pamit? Mau kemana?” Wajahku pasti terlihat bodoh dan penasaran.

“Iya.Bulan depan aku mau ditahbiskan. Jadi, doakan aku ya, Ta.Datanglah nanti di acara tahbisanku.

“What????” Hanya kata itu yang terlontar.Aku tidak mampu melanjutkan sebuah aksara pun keluar dari mulutku.  Bayu membawa hatiku seperti sebuah rollercoaster. Kaki seperti tak mampu menapak pada rerumputan yang masih basah karena hujan semalam.

Aku tidak menyalahkan apapun dan siapapun. Apalagi Dia yang meminta Bayu menjadi pelayanNya. Aku...hanya tak sanggup berkata-kata.

14 Februari 2012

Sebuah pesan singkat mampir di telepon genggamku.

“Vita, ada kabar duka. Pastor F.X. Anugrah Bayu, SJ. meninggal dunia di Papua. Jenazah sudah diterbangkan dari sana tadi pagi. Pelepasan jenazah di Gereja malam ini.”

Aku langsung menghubungi Alvin, sahabatku, si pengirim sms itu. Dalam kepanikan, kenangan-kenangan kebersamaan dengan Bayu makin menguat. Aku sudah mengenalnya sebelum menjadi pastor, bahkan belum kuketahui bahwa dialah calon pastor. Sudah kurelakan rasa cinta di hati menjadi kasih umat pada pastornya. Baru dua tahun ia berkarya, Tuhan telah memanggilnya lebih dekat. Heeeemmm...linangan air mataku tak terbendung.

Kudengar dari teman-teman dan berita di televisi, Pastor Bayu meninggal dunia karena tertembak orang tak dikenal saat berada di mobil. Ia sedang dalam perjalanan mengantarkan seorang anak ke rumah sakit karena  demam tinggi.

Malam begitu membeku menerobos tulang. Kulihat sosok dalam peti yang sama dinginnya. Dalam jubahnya dia tersenyum, memegang untaian rosario  biru langit yang dulu kuberikan padanya. Sudah tak ada air mata. Bayu sudah sepenuhnya kembali padaNya. Jadi pastor yang setia.

“Dihening kidung sabdaMu terbentang damai tenang

Diambang kasih cintaMu imanku ingin pulang

Kidung sabdaMu membagi tenang

Nyanyikan lagi akan kudengar....”

Kidungku mengalir semakin lirih...

Selamat jalan,Pastor Bayu...

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Cinta Fiksi dengan judul : Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Event Kolaborasi Cerpen Valentine

Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun