Mohon tunggu...
Jusman Syafii Djamal
Jusman Syafii Djamal Mohon Tunggu... -

Komisaris Utama PT KAI Indonesia (Persero). Tulisan mewakili pendapat pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Trade and Industri: Dapatkah Bersinergy?

19 September 2018   15:01 Diperbarui: 19 September 2018   15:12 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sementara masyarakat Jepang tidak pernah memiliki budaya konsumen yang berkembang dengan baik. Tiap ibu rumah tangga lebih rajin menabung dibanding berbelanja. Sehingga kekuatan pasar dalam negeri tidak cukup kuat menampun beban kebutuhan dana untuk recovery dari dampak tsunami keuangan yang muncul tersebut.

Jepang hingga kini mempertahankan bentuk tata kelola nya yang secara fundamental tertutup dari kapitalisme korporat. Semua masih dikendalikan birokrasi.

Pemerintah terus berusaha untuk recovery, Yang terjadi adalah decade deflasi yang berkepanjangan.Mereka terus berupaya memerangi deflasi dan membangkitkan ekonomi dengan meningkatkan permintaan konsumen. Termasuk dengan mengeluarkan uang tunai secara harfiah. Muncul pelbagai insentip untuk melahirkan konsep ekonomi desa dan pinggiran. 

Dengan melahirkan pendekatan One Village One Product dan juga memanfaatkan semua fasilitas terminal transportasi seperti stasiun kereta api, terminal pesawat terbang, terminal transit area dan pelabuhan sebagai pusat grosir dan retail usaha kecil menengah industry rumah tangga. Dual Ekonomi.Kini Jepang menghadapi masalah "demografi".

Industri Jepang kekurangan tenaga kerja trampil, akibat program berencana yang terlalu ketat menyebabkan banyak generasi muda enggan berumah tangga dan punya anak. Jepang kini pusing dengan masalah menuanya usia tenaga produktip mereka. Langkah yang diambil melalui kebijakan yang dikenal Abenomics adalah memberikan kesempatan kepada tenaga kerja trampil Indonesia, Vietnam, Tiongkok dan Malaysia untuk bekerja di Industri Jepang.

Jepang memerlukan kawasan Industri lain di Negara negara seperti Indonesia, Vietnam, Malaysia dan Thailand untuk menjadi mata ratai pasokan dan mata rantai nilai tambah yang jauh lebih produktiop untuk mempertahankan landskap persaingan ekonomi yang muncul saat ini. Di Negaranya kendiri Jepang juga memerlukan sumber pasokan tenaga kerja terampil berkeahlian iptek untuk menjalankan roda industrinya.

Hubungan diplomatic Indonesia Jepang kini berusia 60 tahun sejak 1958. TV hitam putih pertama diluncurkan oleh Bung Karno dari industri Jepang ada Asian Games 1962. Apakah kawasan Industri di Indonesia data menjadi alternative pilihan kebijakan Revitalisasi Industri Jepang ? Apakah Engineer muda, Indonesia mau menggunakan kesempatan ini untuk "on the job training" selama 5 tahunan di Kawasan industry Jepang, bekerja berdampingan dengan "intelligent minds" yang bernama robot dan artificial intelligence dalam era Industry 4.0,?

Sinergi dan Kolaborasi antar Institusi untuk membangkitkan kekuatan potensi kecerdasan generasi muda Indonesia dalam bidang industry untuk memproduksi barang dan jasa di bumi Indonesia perlu dikembangkan terus menerus. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun