Mohon tunggu...
Joen YH
Joen YH Mohon Tunggu... Lainnya - Hidup hanya sekali. Maka bermanfaatlah!

Pulang setelah berkelana. Lulusan Biologi, suka alam dan hutan belantara, pecinta kucing dan suka memotret.

Selanjutnya

Tutup

Diary

[Masih Pandemi] Apakah Saya Masih Seorang Ibu Guru?

26 Juli 2021   18:41 Diperbarui: 26 Juli 2021   19:01 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Perubahan sistemik perlahan  terjadi di segala segmen kehidupan setelah melewati lebih dua tahun  pandemi covid. Ada kerinduan mendalam sekaligus  kehilangan teramat  sangat atas masa-masa sebelumnya. Namun memang begitu bukan, ketika suatu peradaban akan tergantikan oleh peradaban baru?. Ah, apalah daya saya jika melawan perubahan peradaban ini. Yang bisa dilakukan hanya beradaptasi atau bisa dikatakan ber-evolusi

Keponakan saya yang kini memasuki kelas 6 SD, seperti halnya yang lain,  harus mengikuti proses pembelajaran daring.  Beruntung, kami tinggal di daerah yang tergolong mudah untuk mengakses internet. Dan beruntung pula orang-orang terdekatnya (keluarga, termasuk saya) adalah penyuka teknologi beseerta perkembangannya. Sehingga  segala kebutuhan dan  keperluan keponakan saya untuk sekolahnya masih bisa diakomodir.

Tetiba di relung hati saya yang paling tersembunyi, terdengar jeritan lirih. Sangat lirih namun membuat suasana hati saya menjadi keruh. Bagaimana nasib mereka yang tinggal di zona "blank" sinyal internet? Bagaimana dengan mereka yang benar-benar "sendiri" menghadapi gelombang perubahan peradaban kini? Sontak, pertanyaan-pertanyaan senada berjubel meliputi seluruh otak saya! Lalu teriakan-teriakan  keras menghujam dada saya "Jangan berdiam diri!Bantu mereka!ingat, jika kau mampu namun kau tidak mau melakukan apapun untuk mereka, maka bersiaplah di yaumul hisab kelak!". Robbana...

Diantara kekalutan, saya mencoba menenangkan diri. Pikir saya " Harus tenang dulu, baru nanti menyusun rencana". Lalu, hati saya tergerak untuk menghubungi Abi dan Sugeng (dulu murid saya era 2009, di sebuah sekolah SMA negeri perintis kala itu. Di kesempatan lain, akan saya bagi rekam jejak kisah menarik  mereka). Abi kini bekerja di Surabaya sementara Sugeng bekerja di sebuah sekolah tempat ia tinggal. Mereka berdua yang masih intens berkomunikasi dengan saya . Setelah mengetahui mereka dalam keadaan yang sangat baik dan sehat , mengingat betapa rawannya situasi saat ini, saya merasa sangat lega.

 Lega??? Ah, mungkin ini adalah salah satu cara mengurangi rasa bersalah saya yang belum mampu menemukan solusi atas kekalutan! Lantas, bagaimana? Ya harus begerak secepatnya. Harus!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun