Sistem online saat ini memudahkan memperoleh informasi hanya dalam hitungan detik ! bahkan kita mampu terhubung dengan orang-orang yang berasal dari berbagai belahan dunia. Â Era media digital tentu memunculkan berbagai perubahan di dunia media.
 Era media digital ini pada akhirnya akan merujuk pada suatu sistem yang disebut konvergensi. Konvergensi merupakan proses penyatuan dalam satu ketertarikan atau fokus yang sama. Konvergensi menjadi tren komunikasi masa depan.  (Mc Quail : hlm 20).
Pada industri media, konvergensi terjadi khususnya dalam dunia jurnalistik. Penyebaran berita yang awalnya dengan media cetak lalu radio kemudian berkembang menjadi televisi dan kini internet. Dalam menjalankan konvergensi media, industri-industri media diharuskan memiliki berbagai media. Bentuk ini dapat memberikan keuntungan kepada industri media dikarenakan bentuk setiap media dapat menutupi kekurangan yang dimiliki oleh media lainnya. Contoh : teaser berita di televisi dapat disampaikan melalui radio. Berbagai data tambahan juga memungkinkan untuk ditambahkan sebelum kemudian disatukan dalam website. Â Tidak hanya televisi yang dapat ditonton melalui website tetapi radio juga dapat kita baca. Berbagai ilustrasi kejadian juga dapat kita nikmati di website.
Konvergensi mematahkan konsep-konsep dasar yang sebelumnya kita terima. Konsep-konsep seperti Televisi harus ditonton di tv, melalui radio kita dapat mendengarkan suara rasanya sudah luntur.
Ada hal yang menarik yang saya cermati dalam konvergensi ini. Diantaranya :
1. Â Â Â Merujuk pada keberagaman konten.
Kedepannya, konvergensi bukan tidak mungkin memunculkan suatu konten yang pada dasarnya semua sama, hanya berbeda medianya saja. Informasi yang disajikan sama saja, tidak ada perbedaan sudut pandang hanya bentuk penyajiannya saja.
2. Â Â Â Menimbulkan kebiasaan buruk bagi industri dan pekerja media.
Seorang pekerja media hendaknya menerapkan prinsip serta kaidah jurnalistik. Ketika era konvergensi saat ini masuk, prinsip jurnalistik bisa saja luntur. Hal ini bisa saja terjadi jika misalnya seorang wartawan kemudian malas untuk turun ke lapangan dan hanya mengambil berita dari internet. Lalu kemudian dari segi konten tinggal diubah saja ke dalam berbagai media seperti dibuat model suara seperti radio maupun secara tertulis.
3. Â Â Â Industri media bisa saja semakin tidak manusiawi terhadap para wartawan.
Dikutip dari m.tempo.co Ketua AJI Jakarta Umar Idris mengatakan rata-rata upah wartawan di Jakarta saat ini masih jauh di bawah standar upah layak. Dari 55 media di Jakarta yang disurvei, sebagian besar menggaji wartawan yang baru setahun bekerja sekitar Rp 3 juta per bulan. Bahkan ada dua media online yang menggaji wartawannya Rp 1,8 juta dan Rp 1,7 juta per bulan, di bawah Upah Minimum Provinsi DKI yang besarnya Rp 2,2 juta. m.tempo.co
   Dari gambaran diatas, bayangkan saja jika dengan gaji yang masih minimum seperti ini para wartawan masih harus terbebani mengurusi berbagai aspek media. Media seperti media penyiaran, cetak dan online yang biasa dikerjakan secara berbeda kemudian dirangkap semua oleh seorang wartawan. Saya rasa ini justru tidak manusiawi. Saya memahami bahwa tuntutan seorang wartawan memang harus mampu menguasai berbagai kemampuan di bidang wartawan, tetapi jika melihat beban kerja dibandingkan dengan upah saya rasa itu tidak seimbang.Â
Persepsi ini bergantung dari sudut pandang anda menilik persoalan ini. Ketika melihat dari perspektif perkembangan teknologi bagi saya ini merupakan suatu hal yang positif untuk dikembangkan. Tetapi jika keadaan "dapur" medianya saja belum baik, lalu bagaimana bisa sepenuhnya mengikuti perkembangan ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H