"Pertumbuhan bambu yang pesat menjadikannya sumber daya yang sangat terbarukan, menyediakan alternatif berkelanjutan untuk sumber kayu tradisional, tetapi aplikasinya saat ini sebagian besar masih terbatas pada produk anyaman yang lebih tradisional," kata Zhao seperti dilansir dari New Scientist 7 Oktober 2025. Â Â Baca juga: Earth
Untuk menghadirkan plastik alternatif ini, para peneliti mencampur selulosa bambu dengan pelarut eutektik yang terbuat dari seng klorida dan asam format hingga membuta sup molekul selulosa menjadi lebih kecil.
Hasilnya ikatan hidrogen alami dalam selulosa bambu putus dan membuat plastik yang tercipata menjadi fleksibel, yang disebut plastik BM.
Seluruh proses ini bekerja pada suhu ruangan dan menggunakan bahan kimia umum.  Pembuatannya juga tanpa panas tinggi dan  produk sampingan beracun.
Tim peneliti mengklain plastik BM ini  tahan terhadap kondisi ekstrem setelah diuji dalam oven, freser hingga ruang yang lembab. Setelah tujuh hari diuji pada suhu 100 derajat celcius hingga minus 30 derajat celcius tak ada retakan.Â
Sementara uji dalam ruang dengan kelembaban selama sebulan tidak membuat volumenya berubah. Asam dan basa tidak membuat kerusakan pada permukaanya halus dan utuh.
Tim Zhao mengklaim plastik ini dapat terurai secara hayati dalam 50 hari, meskipun klaim ini belum terbukti valid dibanding plastik terurai hayati lainnya. Meskipun demikian plastik daur ulang ini tidak semurah plastik yang plastik digunakan, tetapi tetap lebih menjajikan secara ekonomis, mengingat bahan bakunya bambu banyak tersedia di alam.
Sementara peneliti Universitas Birmingaham Inggris, Andrew Dove mengapresiasi temuan ini cukup tangguh dibanding plastik rekayasa yang kerap digunakan. Ini menjadi harapan baru membantu meringankan ketergantungan pada plastik konvensional.
Sebagai catatan bambu sudah berperan plastik sekali pakai, sepertisedotan, peralatan makan, cangkir, mangkuk, dan kemasan makanan. Barang-barang ini termasuk barang-barang yang paling intensif emisi dan sulit didaur ulang. Barang sekali pakai juga mewakili antara 30 persen dan 50 persen dari seluruh penggunaan plastik.
Sumber: Eco Bussiness  Â
Irvan Sjafari