Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Bandung Artikel Utama

Hidupkan Teras Cihampelas, Bukan Membongkarnya

3 Juli 2025   23:26 Diperbarui: 7 Juli 2025   09:55 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teras Cihampelas Agustus 2023- Tampak Terbengkalai-Foto: Irvan Sjafari

Tidak ada yang salah dengan keberadaan Teras Cihampelas karena sudah menjadi ikon baru Kota Bandung. Tidak ada yang salah dari sejumlah inovasi yang dilakukan Ridwan Kamil selama menjadi Wali Kota Bandung, termasuk Teras Cihampelas. 

Bukankah terobosannya mengubah wajah Alun-alun dan kawasan pedestrian di sejumlah ruas jalan protokol di Kota Bandung dengan tanda mata berupa batu bulat membuat kota ini nyaris sebangun dengan kota-kota di Eropa. Setidaknya demikian pengakuan beberapa kawan wisatawan yang berkunjung ke Bandung. Alun-alun hidup hingga malam hari jadi sarana rekreasi warga Bandung.

Bukankah penataan taman kota-kemudian agaknya menular ke Jakarta membangkitkan gairah warga tidak lagi menjadikan mal sebagai tempat hangout? Bukankah Teras Cikapundung hingga forest walk di Babakan Siliwangi merupakan inovasi yang sederhana tapi luar biasa dari alumni Jurusan Arsitektur ITB ini? Imbasnya taman kota ini jadi hidup.

Saya percaya program urban farming Buruan SAE dan pemilahan sampah Kang Pisman juga dibidani oleh Ridwan Kamil dan dimatangkan oleh wakilnya Oded M. Daniel kemudian jadi Wali Kota Bandung.

Bahwa Ridwan Kamil kemudian menjadi Gubernur Jawa Barat tidak memuaskan dan beberapa persoalan pribadi dan kasus di Bank BJB adalah hal lain. 

Saya juga tidak terlalu puas dengan kepemimpinan pria yang karib disapa Kang Emil ini di Jawa Barat, tetapi tidak bisa dijadikan justifikasi untuk menghilangkan kiprah postifnya selama jadi wali kota Bandung.

Kalau dikatakan Teras Cihampelas itu tidak sesuai tidak lagi cocok dengan tata ruang dan estetika, mustahil Ridwan Kamil yang punya bekal pendidikan arsitek tidak mengetahui persoalan tata ruang dan estetika.

Baca: Ungkap Alasan Teras Cihampelas Diusulkan Dibongkar, Farhan: Ada Masalah Tata Ruang--Kompas

Justru Teras Cihampelas yang mempunyai panjang sekitar 700 meter menjadi bagian dari estetika karena disediakan untuk tempat relokasi pedagang kaki lima yang cukup elegan sekaligus juga tempat pedestrian dan wisatawan untuk hangout.

Saya sendiri ketika berkunjung ke Bandung pada era kepemimpinan Ridwan Kamil menikmati Teras Cihampelas ini yang lega untuk lalu lalang ratusan orang sekalipun, setidaknya lepas dari hiruk pikuk lalu lintas di Kota Bandung yang berada di bawah.

Kemacetan bukan disebabkan oleh Teras Cihampelas, tetapi memang kota Bandungnya macet akibat volume kendaraan berbanding populasi. Jumlah kendaraan bermotor pribadi di Kota Bandung menurut Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Februari 2025 total 1,543.517.

Tom Tom Trafic Index (laporan perusahaan navigasi tingkat global) menobatkan Bandung sebagai kota termacet nomor 12 di dunia (nomor satu di Indonesaia) dengan waktu tempuh 10 kilometer selama 33 menit pada 2024 dan bertambah 30 menit dibanding 2023.

Dari jumlah itu sekitar 70 persen adalah sepeda motor. Itu belum termasuk kalau kendaraan di luar Bandung masuk dan week-end dari Jakarta serta kota lain. Betapa sumpeknya jalan di kota Bandung, terutama jalur pariwisata.

Memang salah satu hal yang kurang diperhatikan Ridwan Kamil adalah memperbaiki transportasi umum, agar para pemilik kendaraan beralih. Tetapi itu kan bukan hanya persoalan Bandung, tetapi juga sejumlah kota lain. 

Bandung tidak memungkinkan untuk membuat LRT melayang seperti di Jakarta-apalagi kereta bawah tanah-kondisi geografisnya tidak memungkinkan.

Baca: Bandung Bergerak

Jadi ada atau tidaknya Teras Cihampelas, Bandung tetap akan macet. Bukan itu sebabnya. Solusi untuk mengatasi macet di Bandung perlu diskusi yang lebih panjang.

Sekarang kembali ke Teras Cihampelas, fungsi awalnya mengakomodasi pedagang kaki lima dan menghidupkan UMKM. Saya menikmati suasana berjalan-jalan di area lapang dengan stand-stand UMKM menawarkan kuliner hingga pakaian, didukung musala dan toilet di masa kepemimpinan Ridwan Kamil. Seperti halnya berjalan-jalan di alun-alun, saya berasa berada di kota-kota Eropa.

Sayangnya pandemi Covid-19 menguburkan impian Teras Cihampelas menjadi ikon yang gemerlap, yang terjadi mangkrak, banyak stand tutup, ditambah ketika Bandung mengalami darurat sampah. Setelah itu tidak pernah bangkit lagi seperti masa awalnya.

Saya terakhir berkunjung ke Teras Cihampelas pada Agustus 2023 makan siang yang telat di salah satu stand tersisa, pedagang menceritakan kondisi yang sepi. Waktu kondisinya lumayan bersih.

Di dalam benak saya Teras Cihampelas masih bisa diselamatkan, apa untungnya membongkar ikon yang didirikan dengan biaya puluhan miliar. Biaya pembongkarannya besar dan biaya menata lagi Jalan Cihampelas juga besar.

Kompas 3 Juli 2025 memuat suara warga dan para pedagang yang menolak pembongkaran Teras Cihampelas. Warga Cimaung bernama Taufik Budi Santoso termasuk yang mengecam aksi vandalisme dan tempat yang kurang terawatt, tetapi solusinya bukan dibongkar.

Ada juga pedagang bernama Aan Suherman yang jualan nasi ayam goreng masih bertahan di lapkanya Teras 7 karena sudah punya pelanggan karyawan yang kerja di Cihampelas Walk dan kantor seperti PT KAI. Omzetnya bisa mencapai Rp1,5 juta kalau lagi ramai dan rata-rata per hari Rp800 ribu. "Jadi harusnya anggaran untuk pembongkaran digunakan untuk modal pedagang," ujar Aan.

Baca: Pedagang dan Warga Tolak Ide Dedi Mulyadi Bongkar Teras Cihampelas--Kompas 3 Juli 2025

Lalu kalau begitu ada gagasan apa yang bisa diterapkan tanpa membongkar Teras Cihampelas. Saya meminta komentar teman-teman aktivis lingkungan di Bandung, bagaimana kalau dijadikan untuk tempat urban farming sekaligus menjadi taman tematik.

"Nah kalau untuk urban farming bisa banget karena mataharinya full tapi pertanyaanya siapa yang mau mengurusnya," ujar Tini Martini, aktivis pemilahan sampah dan urban farming di Kota Bandung.

Teras Cihampelas Agustus 2017-Foto: Irvan Sjafari
Teras Cihampelas Agustus 2017-Foto: Irvan Sjafari

Sementara itu pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Padjadjaran Yogi Suprayogi menyatakan tidak kesetujuannya terhadap rencana pembongkaran Teras Cihampelas. 

"Iya saya juga tidak sependapat karena kalau hal itu dilakukan bisa menyebabkan bencana infrastruktur. Bagusnya sih dibuat perwal (peraturan wali kota) khusus yang menunjuk pihak swasta tertentu atau BUMD mengelolannya," ujar Yogi ketika saya menghubungi, 3 Juli 2025.

Nah, lanjut Yogi seharusnya Teras Cihampelas bisa dimaksimalkan lagi untuk mendukung pariwisata di Kota Bandung misalnya dibuat event dan pameran atau sport tourism.

Jangan hanya dibiarkan para pedagang berjualan sendiri tanpa Ada aktivitas apapun di atas. Misalnya komunitas kreatif Bandung tawarkan untuk membuat berbagai macam event.

"Bandung sebagai kota kreatif punya semua sub sektor ekonomi kreatif seperti film kuliner fashion dan sebagainya. Kenapa nggak dibuat event fashion show disana barangnya dijual di UMKM," cetus Yogi seraya mengatakan kalau kebijakan tepat bisa menjadi PAD potensial bagi Pemkot Bandung. 

Yogi juga memandang usulan untuk menyambung Teras Cihampelas dengan Ciwalk perlu dijaki untuk dimanfaatkan sebagai apa. Jangan sampai nantinya terbengkalai.

Apa yang diungkapkan Yogi rupanya sudah diingatkan oleh tim peneliti dari Universitas Pendidikan Bandung, Yan Nurcahya dan kawan-kawan dalam artikelnya bertajuk "Revitalization Skywalk Bandung: Reviving The Urban Area" dalam Journal of Architecture Reasearch Volume 3 2021, kalau bangunan dirobohkan akan ada konsekuensi limbah akibat pembongkaran. 

Hal ini dapat dilihat sebagai beban lingkungan. Artikel ini juga menyinggung pelatihan hidroponik bagi masyarakat sekitar untuk menjadikan Teras Cihampelas jadi tempatnya.

Dengan kata lain jangan sampai menyesalkan merobohkan atau membongkar sebuah ikon yang sudah tercipta. Bisa jadi biayanya masalah dan dampaknya lebih besar.

Yang diperlukan ialah kebijakan tepat untuk menyelamatkan dan menghidupkan Teras Cihampelas. Untuk itu Pemkot Bandung dan Pemprov Jabar harus terbuka dan kolaboratif dengan berbagai pihak. 

Irvan Sjafari

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun