Jangan berpikir habis hutan terbakar, apalagi dalam skala besar, kemudian tampaknya pulih setelah bertahun-tahun, masalah lingkungannya selesai.
Lembaga Kerja sama untuk Penelitian Ilmu Lingkungan (CIRES) di Universitas Colorado, Amerika Serikat merilis penelitian anyar setelah melakukan analisis terhadap data besar dari 500 daerah alisan sungai yang dilalui kawasan hutan yang pernah terbakar.
Tim peneliti melakukan analisa terhadap  lebih dari 100.000 sampel air dari 500 lokasi tersebut.  Dari jumlah itu lebih dari separuh diambil dari cekungan sungai yang terbakar dan setengahnya lagi dari yang tidak terbakar.
Sampel air digunakan untuk mengetahui seberapa besar  kadar karbon organik, nitrogen, fosfor, dan sedimen serta kekeruhan, atau kekeruhan, dari setiap sampel.
Hasilnya setelah bertahun-tahun kejadian kebakaran hutan,  abu bekas kebakaran hutan meracuni  aliran air dan sungai di bagian barat Amerika Serikat.Â
Penulis utama studi tersebut Carli Brucker menyampaikan dia dan timnya menemukan penurunan kualitas air karena kontaminasi karbon organik, fosfor, nitrogen dan sedimen delapan tahun setelah kebakaran.
"Kami beharap hasil studi ini membantuk strategi pengelolaan air dalam mempersiapkan dampak kebakaran hutan," ujar Carli Brucker seperti dilansir laman Universitas Colorado, 23 Juni 2025.Â
Para peneliti telah lama mengetahui bahwa abu kebakaran dan kerusakan tanah berkontribusi terhadap penurunan kualitas air. Hanya sebagian besar studi sebelumnya hanya mengungkapkan kualitas air di sungai yang melalui kota besar dan kota kecil setelah kebakaran.
Hanya para peneliti CIRES menjelaskan dampak setiap daerah aliran sungai  berbeda-beda.  Hal ini terjadi terkait karena dekat atau jauhnya sungai dari  lokasi kebakaran.
Kebakaran yang lebih dekat ke sungai akan lebih parah daripada kebakaran di hulu. Sealain itu dampak juga bergantung pada kondisi tanah, vegetasi, dan cuaca. Â Faktor-faktor ni juga menjadikan kendala untuk merancang masa depan mengatasi dampa kebakaran.