Dua
Bertemu Jaka Tarub
Satu jam setelah santap siang, kami hanya mengenakan kain kamben dan meninggalkan pakaian di tepi telaga. Â Toh ada Hiyang mengawasi. Â Lagipula siapa mau mengambil? Alat pendeteksi panas sebelum kami turun ke telaga sudah memperlihatkan tidak ada mahluk hidup besar di sekitar telaga.
Bukan main, rasanya dingin dan menyegarkan. Ikan-ikan berseliweran dengan di antara kami. Â Aku dan Mawar Merah saling menyiram air. Â Sementara di langit Guru Minda terlihat terbang lagi. Mawar Merah menunjuk jari meminta Dzulqarnaen jangan mengintip. Padahal mungkin maksudnya baik.
Aku, Melati dan Daun sampai berani menyelam dan keluar lagi. Tanpa terasa sudah setengah jam.
"Ayo kita menyelam bareng-bareng sok atuuh! seru Mawar Merah. "Siapa yang paling tahan!"
"Siapa takut!" seru aku.
Kami bertujuh serentak menyelam beberapa menit bahkan sampai lima menit. Karena kerap berendam di danau sewaktu di Titanium, kami mampu bertahan dan keluar.
Begitu kami menyembul, alat pendeteksi berbunyi. Berarti ada menyelusup.
Sabrina yang punya naluri keluar telaga ke tempat pakaian kami. Dia menyambar senapannya dan melihat alat pendeteksi panas. Wajahnya berubah. Â Aku dan Mawar Merah mulai khawatir.