Jakarta, 8 Oktober 2014
Tiba Kafe GB Senayan City memenuhi janji wawancara Kakak beradik Sarah dan Elyzia untuk rubrik Selebity On Vacation. Â Keduanya masing-masing kelahiran 1994 dan 1995 sangat antusias melihat Majalah Plesir. Â Yang sebetulnya artis hanya Elizya, gaya berpakaian trendi dan ceria. Keluarganya asal Lombok.
Intinya, Elizya cerita soal liburan di sebuah kota di Italia, di antaraanya terkait cerita Romeo dan Julliet. "Penguasa Kota Verona memanfaatkan cerita itu untuk promosi wisatanya, teutama sebuah rumah yang diayakini rumah Julliet," ungkap Elyzia sambil tertawa.
Namun sebetulnya lebih tertarik pada kakaknya Sarah yang lebih sederhana, namun tampak berwibawa.  Rupanya dia disiapkan untuk meneruskan usaha ayahnya sebuah cottage di Pantai Lombok.  Dia menerangkan dengan piawai soal Pantai Sengggigi, Pura Batu Bolong  bahkan kuliner daerahnya. Cerdas.
"Sambel Beberuk itu terong sambel dijadikan semacam salad," terang dia. Â Tadinya aku mengira kuliner Lombok hanya kangkung policing dan ayam Taliwang. Dia tertawa mendengar pernyataanku. "Kuliner Lombok banyak tahu."
Dari ceritanya aku tahu bahwa suatu hari kelak pariwisata di Lombok akan mengalahkan atau setidaknya menyamai Bali yang sudah jenuh.
Kok bisa ada pura di Lombok? Lah, sepengetahuan aku ada Kerajaan Cakranegara yang dipimpin Raja dari Bali. Hanya Belanda memanfaatkan permusuhan dengan Suku Sasak pada 1894 untuk menjadi alasan menyerbu Lombok dengan alasan membela yang lemah.
Jadi memang sepengetahuan sejarah aku Lombok menarik. Namun kata Sarah ada juga pengaruh Makassar pada baju pengantin perempuannya Baju Lumbung, serupa Baju Bodo dari Makassar.Â
"Hotel kami sekitar 30 kilometer dari Mataram dan kami menyediakan antar jemput ke Bandara," terang Sarah.
Setelah wawancara, aku bergegas ke Blok M. Â Rencananya di Gultik, Â Bulungan janjian dengan Gendis yang akan menyerakan sebagian cerita tentang Widy dan Syafri.