Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Halal Bihalal Bersama Tetangga, Cerita dari Cinere

5 Mei 2024   17:32 Diperbarui: 5 Mei 2024   17:32 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya bersama para tetangga di RT 05-Foto Dokumentasi RW 06 Cinere

Cinere berkembang pesat sejak 1990-an dengan adanya Cinere Mal, yang praktis jadi mal komunitas, sebetulnya cukup dengan tiga hal: pusat jajanan dan restoran cepat saji, pasar swalayan, bioskop. Sisanya toko busana dan ruang kebugaran hanya pelengkap. Pusat kebugaran menjadi ruang berinteraksi, saya pernah ikut taekwondo di sini dan kenal dengan warga dari kompleks lain.

MC acara Halal Bihalal Isti juga menceritakan kisah yang mirip  ketika pertama kali menghuni kompleks di usia balita pada 1979, masih dicibir oleh teman-temannya: Cinere daerah mana tuh!

Ketika masih kecil Isti mengaku suka main sepeda dengan beberapa teman sebayanya yang hadir di kompleks tersebut.  Saya ketika remaja juga pernah melihat anak-anak bersepeda denga naman. Itu sebabnya sejumlah jalan dibuat buntu agar mobil dari luar kompleks tidak seenak-enaknya motong jalan kalau Cinere macet.

Moefti, Warga RT 04 juga generasi pertama di kompleks bercerita ketika dia baru menghuni sapi bisa berkeliaran di sekitar rumahnya.  Cerita yang sama juga saya dengar dari adik kelas saya di FIB UI yang tinggal di Kompleks AL di mana kerbau masih berkeliaran pada 1970-an dan 1980-an awal.

Blok A hanya punya dua ruang publik, yang di kawasan belakang ada lapangan basket kerap digunakan untuk tempat TPS dan ruang publik di bagian depak untuk tempat Salat Id dan juga tempat halal bihalal.  Kami juga punya masjid yang dulunya hanya bangunan kecil, namun kemudian berkembang dilengkap dengan sarana pendidikan.

Saya bersyukur ada dua situ yang ada di sekitar kompleks yang menjadi tempat parkir air kalau terjadi hujan lebat, yang satu di belakang kompleks dan yang satu lagi di kompleks Angkatan Laut.  Secara umum ruang terbuka masih aman. Begitu juga dengan keberadaan air tanah, entah sampai kapan.


Lingkungan hidup masih memadai, ditandai dengan masih banyak biawak dan musang berkeliaran. Itu pertanda masih ada habitat yang sehat untuk spesies itu.

Pedagang Kaki Lima Sahabat Warga

Hal yang paling saya suka di kompleks ialah pedagang kaki lima di pelataran parkir Blok A sudah menjadi bagian dari masyarakat. Pasalnya sebagian dari mereka tumbuh bersama kompleks ini. Di antara Tukang Sate Ayam Si Doel (almarhum), Bakmi Bangka Bang Karim (almarhum). Yang pertama dilanjutkan anak-anaknya dan yang kedua istrinya.

Interaksi ini bermanfaat. Pedagang kaki lima dan tukang parkir di kompleks jadi pagar sosial. Suatu ketika dompet saya jatuh, mereka yang menemukan dan mengembalikan kepada saya.  Almarhum ayah saya pernah jatuh diantar ke rumah.  Saya tersentuh.

Ada tukang nasi uduk yang berjualan bersama seorang warga yang menitip produk martabaknya.  Walau pun hanya berjualan di akhir pekn almarhum suaminya pengurus masjid.  Ibu Tukang Nasi Uduk juga membantu masjid kalau mengedarkan iuran.  Kalau ada yang punya hajatan membagikan makan di masjid, ibu itu akan mendapatkan pesanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun