Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Istiqlal, Kisah Komunikasi Ayah-Anak Semarakan Ramadan Muspen Talk

31 Maret 2024   17:47 Diperbarui: 31 Maret 2024   17:53 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dewi Puspari dan Razny Mahardhika dalam Muspen Talk Itiqlal-Foto: Dok Muspen Talk

Tema komunikasi ayah dan anak hal sederhana yang kerap diangkat ke layar lebar dan hal sederhana menjadi luar biasa apabila digarap oleh sutradara yang bertalenta.

Lovely Man karya Teddy Soeriatmadja (2011), Mencari Hilal (2015) karya Ismail Basbeth merupakan contoh yang baik dari sineas Indonesia.

Dalam mencari hilal benturan antara ayah yang agamis kolot dengan anak kota.   Dalam Lovely Man terjadi sebaliknya anak perempuan berhijab mendapatkan ayahnya waria pekerja seks komersial.

Sementara di luar ada Le Grand Voyage tentang seorang pemuda yang sudah terkooptasi budaya sekular Prancis harus menemani ayahnya yang tentunya konservatif, naik Haji ke Mekah.

Nah, dalam film pendek Istiqlal karya Razny Mahardhika menceritakan hubungan ayah yang disebut babeh dengan anaknya yang masih bocah bernama Sobari.


Mereka menempuh perjalanan dari Ciputat dengan naik motor untukmenghadiri  buka bersama di Masjid Istiqlal. Babeh ingin mengenalkan anaknya bagaimana buka bersama di sana.

"Engkongmu sampai nyolong lebih buat sahur," seloroh Babeh menceritakan asyiknya menikmati makanan berlimpah di Masjid Istiqlal.

Untuk bisa mengajak jalan-jalan anaknya, Babeh mengaku bekerja keras membetulkan motor milik Sang Engkong.

Istiqlal dibuka saat dengan bulan puasa dengan  hiruk pikuk pedagang takjil yang ada di wilayah Pamulang Tangerang Selatan.

Terlihat ada seorang pria yang bernama Babe dan anaknya, Sobari. Mereka melaju dengan menggunakan sepeda motor Honda Astrea keluaran 1980-an. Babe begitu yakin perjalanan akan mudah.

Yang terjadi justru perjalanan yang tampaknya mudah menjadi sulit, karena Babeh kerap kesasar.  Dia menempatkan dirinya sebagai 'father know best' dalam segala hal, termasuk mencari jalan untuk sampai ke Istiqlal.

Sementara bagi Sobari hal itu sederhana saja karena ada Google Maps yang akan menunjukkan jalan dari posisi mereka berada.  Namun Babeh merasa dirinya lebih mengenal Jakarta daripada anaknya. Dia tidak menyadari bahwa Jakarta sudah banyak berubah.

"Percaya banget sama Google? Musyrik loh!" ucap Babeh seenaknya. Sang anak menurut saja keinginan babehnya dan bisa ditebak upaya babeh justru membuat mereka makin tersesat.

Berdurasi 15 menit, film pendek yang berrcerita hanya dalam sehari-bahkan berapa jam, yaitu Ashar hingga maghrib memberikan banyak nilai luar biasa.  

Bukan saja benturan antara ayah yang memegang teguh nilai-nilai tradisi dengan anak yang hidup di era digital, tetapi juga toleransi. 

Dalam sebuah adegan diperlihatkan bagaimana orang-orang dari sebuah gereja membagikan takjil dan hal ini sudah biasa di Jakarta sebagai wujud harmonis antar umat beragama.  

Saya menonton Istiqlal bersama kawan-kawan komunitas KOMiks dalam acara Muspen Talk yang digelar pada Sabtu 30 Maret 2024.  Tampil sebagai pembicara, Sang Sutrdara Razny Mahardhika dipandu oleh Dewi Puspasari dari komunitas KOMiks.

Dalam diskusi terungkap walau film ini bercerita satu hari tetapi proses syutingnya memakan waktu tiga hari.  Menurut Razny rute yang dilalui babeh dan Sobari pernah dilalui dia.

Istiqlal merupakan proyek film pendek produksi Kinovia dan Bineka Sinema. Pengembangan cerita film dimulai sejak 2018, setelah memenangkan pitching film pendek yang digelar  oleh Dinas Pariwisata DKI Jakarta.

Ketika ditanya apa sih resep film pendek?  Razny mengatakan film itu harus bertutur pernyataan Sang Sineas.  Film berdurasi 15 menulis, halaman skenarionya hanya sektar 10-12 halaman agar ada ruang untuk improvisasi sutradara.

Mengapa Istiqlal, bagi  saya  tema ini tepat karena dia simbol dan ikon muslim untuk Jakarta.  Masjid terbesar di Asia Tenggara ini menjadi kebanggaan masyarakat Jakarta.

Istiqlal juga memasukan ikon-ikon Jakarta seperti warna oranye dan Persija.  Sebagai sebuah film pendek Istiqlal patut diapresiasi: Sederhana tapi luar biasa.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun