Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tanah Australia Akan Jadi Penghasil Karbon Dioksida, Imbas Perubahan Iklim

27 Maret 2024   11:39 Diperbarui: 27 Maret 2024   11:49 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Foto: Universitas Curtin

Jika tidak ada Tindakan yang diambil perubahan iklim bakal mengubah tanah di Australia jadi penghasil karbondioksida.  Demikian peringatan dari Penelitian baru Universitas Curtin

Sebagai catatan  luas tanah di benua ini mencapai 7.688 juta km persegi. Pemerintah Australia sudah mengakui Sektor pertanian menyumbang 16,8% emisi gas rumah kaca negeri kangguru itu pada 2020-2021. 

Pengelolaan lahan saat ini merupakan penyerap karbon bersih, yang berkontribusi sebesar -13,7% dari total karbon nasional pada tahun-tahun yang sama.

Tanah membantu menjaga bumi tetap sejuk dengan menyerap karbon.  Namun pemanasan global menyebabkan kemampuannya untuk menahan karbon menurun.  Dalam beberapa kasus, tanah mulai melepaskan sejumlah karbon kembali ke udara.

Sebuah tim peneliti global, dipimpin oleh Profesor Raphael Viscarra Rossel dari Curtin's School of Molecular and Life Sciences memperkirakan perubahan jumlah karbon di tanah Australia antara sekarang dan tahun 2100.


Untuk melakukan hal ini, tim melakukan simulasi menggunakan tiga jalur berbeda bagi masyarakat: skenario 'berkelanjutan' yang berfokus pada lingkungan, skenario 'tengah jalan', dan skenario lainnya yang memperkirakan akan terus bergantung pada 'pembangunan berbahan bakar fosil'.

Laporan tersebut menemukan bahwa tanah Australia akan menjadi penghasil emisi bersih dan dapat menyumbang 8,3 persen dari total emisi Australia saat ini berdasarkan skenario 'berkelanjutan'.

Kontribusi ini  bahkan lebih dari 14 persen pada 2045 berdasarkan skenario 'tengah jalan' dan 'fosil- skenario berbahan bakar.

Pada 2100, menurut tim peneliti  emisi tanah berdasarkan kedua skenario diperkirakan akan menyumbang proporsi emisi total yang lebih tinggi, namun prediksi tersebut lebih tidak pasti.

Meskipun beberapa daerah dengan lahan pertanian yang subur masih dapat menyimpan karbon.  Studi ini menemukan bahwa hal tersebut tidak akan cukup untuk mengimbangi jumlah karbon yang hilang dari tanah di daerah.

Tanah  lebih sensitif terhadap cuaca hangat, seperti daerah pesisir dan padang rumput Australia yang luas.

Tanah Australia diperkirakan menyimpan 28 gigaton karbon, 70 persen di antaranya tersimpan di lahan penggembalaan tersebut.

Sementara jika dunia terus mengeluarkan polusi karbon, tanah akan mengeluarkan lebih dari 14 persen karbon pada tahun 2045.

Viscarra Rossel mengatakan  kecuali metode pertanian ditingkatkan lebih lanjut sehingga tanah pertanian dapat terus menyimpan karbon.

Jika tidak, keuntungan dan manfaat apa pun kemungkinan akan berkurang pada  2045 dan memburuk seiring berjalannya waktu, jika bumi terus memanas pada tingkat yang sama seperti saat ini," kata  Rossel seperti dilansir situs Universitas  Curtin. 

Memperburuk Perubahan Iklim

Lanjut dia, ini berarti tanah Australia bisa melepaskan lebih banyak karbon ke udara dibandingkan menyimpannya, yang pada gilirannya akan memperburuk perubahan iklim.

"Jika emisi terus berlanjut seperti saat ini, suhu bumi diperkirakan akan mencapai kenaikan 2 derajat di atas suhu pra-industri pada abad ini, yang diperkirakan akan menimbulkan konsekuensi yang mengerikan dan  potensi dampak bencana bagi planet ini,"  paparnya.

Rossel mengatakan jalur yang lebih berkelanjutan dan peningkatan pengelolaan serta konservasi tanah sangat penting bagi Australia untuk mencapai tujuan pengurangan emisinya.

Untuk itu, katanya memastikan tanah penggembalaan di Australia dapat mempertahankan stok karbonnya sangatlah penting.

Namun untuk  menangkap dan menyimpan karbon tambahan akan memerlukan ilmu pengetahuan interdisipliner, inovasi, kesadaran budaya dan kebijakan yang efektif.

Hal ini akan menjadi sebuah tantangan, mengingat iklim di wilayah tersebut lebih kering dan lebih bervariasi, vegetasi yang relatif jarang.

Selain itu ada faktor-faktor lain seperti kebakaran hutan -- namun, hanya sedikit perubahan pada wilayah yang luas akan membawa perbedaan yang positif.

Pengelolaan penggembalaan yang inovatif, regenerasi komunitas tumbuhan asli endemik yang memiliki keanekaragaman hayati, misalnya, dapat membuat tanah di padang rumput menyerap dan menyimpan lebih banyak air dan karbon. 

"Selain itu tindakan ini bisa mengurangi erosi dan menghasilkan ekosistem yang lebih stabil -- dan pada akhirnya, lebih sedikit emisi," pungkas Rossel.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun