Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Lima Catatan untuk Catatan Si Boy

23 Maret 2024   21:29 Diperbarui: 23 Maret 2024   21:29 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan Catatan Si Boy-https://wartakota.tribunnews.com/2020/07/24/ffi-2020-film-catatan-si-boy-diputar-lagi

Jika pada 1970-an,  Galih (Rano Karno) dengan sepeda sederhana memikat gadis kaya Ratna (Yessy Gusman) maka 1980-an adalah pemuda metropolis dengan mengendarai mobil untuk memikat lawan jenis. 

Apakah ini salah? Nggak kalau itu bukan menjadi konstruksi sosial.  Bukan tidak mungkin akhirnya menggiring dan memperkuat  cara berpikir bahwa kalau sukses itu adalah punya rumah dan mobil mewah, entah bagaimana caranya.  Bukan tidak mungkin hal ini mendorong korupsi di era sesudahnya.

Sekalipun Ada Apa dengan Cinta? (2002) seperti berupaya mengembalikan para remaja kembali menginjak bumi  lewat tokoh Rangga (Nicholas Saputra) yang bersahaja, asyik dengan puisi Chairil Anwar, mengajak Cinta (Dian Sastrowardoyo) ke pasar buku murah di Kwitang dan juga sebetulnya di film Dilan di era lebih kontemporer.

Kenyataannya memang dunia kampus 1980-an di tengah masa Orde Baru memang seperti itu. Kalangan mahasiswa kelas  menengah tentunya, ke kampus membawa mobil.  Tentunya kampus swasta untuk kalangan menengah atas.

Gambaran tokoh Boy  jelas ada di soundtrack filmnya  yang digubah Harry Sabar dan dinyanyikan Ikang Fauzi, Boy digambarkan sebagai pemuda cerdas, baik hati, tidak sombong, jagoan yang tidak brutal, tak kenal gengsi, tak kenal frustasi, dan berbakat jadi playboy.

Lagu itu, yang dibuat sekitar 1987, menyimpulkan Boy sebagai sosok yang diidamkan anak muda masa itu (bahkan mungkin sekarang).

Catatan Si Boy diproduksi pada masa kejayaan Orde Baru di mana pembangunan ekonomi  adalah panglima.  Film ini memberikan stereotype orangtua keluarga kaya yang sibuk (atau sok sibuk), tanpa sengaja  menggambarkan kesenjangan sosial yang kian melebar di dunia nyata.

Ketiga, Mengapa disebut sebagai Catatan Si Boy? Karena tokoh utama dalam film yang disutradarai oleh Nasri Cheppy itu digambarkan suka menulis catatan harian. Kalau saya mengapresiasi hal ini-karena suka menulis catatan harian dan bukankah aktivis 1960-an Soe Hok Gie juga begitu. 

Saya mau bilang orang yang suka menulis catatan harian itu punya ekspresi dan semangat yang meluap dan bahwa kontennya seperti hal yang lain.  Tentunya perlu budaya literasi yang tinggi. Nah, ini saya tidak lihat di tokoh Si Boy, dia ada di perpustakaan seperti Rangga dalam A2DC. 

Akibatnya Catatan Si Boy justru tidak memberikan pengaruh memperkuat budaya literasi dan menulis. Beda dengan Ada Apa dengan Cinta yang membuat remaja walau sejenak menggemari puisi. 

Keempat, Catatan Si Boy diangkat berdasarkan seri drama radio pada 1985 yang disiarkan lewat Prambors. Stasiun radio ini sangat populer di kalangan anak muda Jakarta dan berpengaruh dalam perkembangan musik pop Indonesia. Ini yang menarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun