Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bisnis dan Hijab : “Wirausaha Muslimah Santri” di Kota Bandung 2010-an Menemukan Identitas (Suatu Catatan Awal)

21 Maret 2016   21:04 Diperbarui: 4 April 2017   16:57 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal yang serupa juga terjadi pada Fintiawati Nurrahma (saat ini kira-kira berumur 29 tahun)  dari hobi ngemil cokelat dan rajin browsing menemukan apa yang disebut Rocky Route yang menginspirasi alumnus arsitek ITB ini  untuk mendirikan usaha kuliner yang disebutnya sebagai Rocky Bars.  Produknya antara cake yang empuk  dan kue kering yang garing, semacam sof baked  berisi aneka macam cokelat seperti white cokelat, dark cokelat, marshmellow.  Usahanya berdiri pada 2008  dan bisa dinikmati di kawasan Raden Patah, Bandung.   Ibu dari satu anakini memilih meninggalkan konsultan arsitek yang digelutinya antara 2006 hingga 2008.   Seperti Yasudndari Fintiawati  membumikan produkkuliner dari luar dan membuat resep sendiri.  Harga per slice-nya (pada 2013) berkisar Rp 12.000 hingga Rp 40.000  untuk ukuran lebih besar.

Febrianti  pemilik Almeera Yoghurt juga memilih usahanya karena produknya minuman kesukaannya.  Usahanya dimulai pada 2010 dengan modal Rp24 juta.  Awalnya usahanya sempat bangkrut, namun ia bangkit lagi dengan memulai usaha menjual Yoghurt di pinggir jalan dekat rumahnya di jalan Trunojoyo. Usaha alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia ini membuahkan hasil.  Dia kemudian  memiliki kedai di Jalan Cihaurgeulis No .4 Bandung. Selain itu ada dua gerai lagi di Bandung dan masing-masing satu di Jakarta dan Cirebon. 

                                        

Bidang-Bidang Lain

Bidang lain di luar fesyen dan kuliner,  terdapat nama  Reni Miratania, 37 tahun.  Sejak 2009 ia memanfaatkan lahan milik keluarganya di kawasan Kabupaten Bandung seluas 30 tombak  untuk usahanya: bunga potong.  Di atas tanah itu Reni membangun green house untuk ditanam bunga seperti  krisan dan aster.  Bulan pertama Reni harus menyinari tanamannya dengan lampu  selama satu bulan penuh agar tidak gagal tanam.  Dia memasok bunga untuk keperluan pernikahan tidak saja ke Kota Bandung, tetapi juga  luar kota Bandung.   Usahanya kemudian berkembang sekitar 2012 lahannya lebih luas hingga 70 tombak (980 meter persegi).  Dari lahan itu sekali panen 4500 potong bunga Aster.

 


Suci Nirmala, 22 tahun  selepas mempunyai anak pada 2013 membuka sebuah klinik kecantikan yang diberinama anaknya Airin Beuty Care di kawasan Ketapang, kabupaten Bandung.  Klinik milik alumnus Sekolah Menengah Farmasi  ini memliki layanan konsultasi dengan lima dokter spesialis kulit . Klinik dilengkapi varian perawatan kulit dengan teknologi High Intensity Focused Ultrasound.  Suci kemudian berencana membuka klinik  lainnya di kawasan Antapani, Bandung.  

Terobosan lain di bidang bisnis juga dilakukan hijaber bernama Yuktika, ketika menjadi  mahasiswi Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom pada 2013. Yuktika membuka usaha supplier komponen elektronika dan sparepart robot.  Sayang belum ada informasi kiprahnya   pada tahun-tahun berikutnya.  Tetapi   apa yang dilakukannya merupakan hal yang baru di dunia bisnis dan dilakukan oleh perempuan atau keluar dari pakem bisnis yang biasanya dilakukan oleh perempuan.   Bandung rupanya  membuka ruang bagi mereka yang kreatif.

 

Mengapa Bandung Menjadi Basis UKM

Dari perspektif  sejarah gerakan wirausaha perempuan di  Bandung sudah dirintis sejak puluhan tahun yang lalu. Pada 26 Februari 1950 di Gedung Perhimpunan Saudara di Dalem Kaum perkumpulan yang menamakan dirinya Simpanan Putri Indonesia Bandung (SPIB) dan Perkiwa (Partai Kebangsaan Indonesia bagian wanita mengadakan konperensi. Konperensi yang dimotori Rumsari, Halimah Purwana dan Tatih Kartakusuma menyerukan agar kaum wanita (mereka tidak memakai istilah perempuan) terlibat dalam perekonomian. Di antaranya memperbanyak hasil produksi industri rumah tangga, menggarap tanah kosong dan mengadakan koperasi khusus wanita9.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun