Setiap waktu engkau tersenyum, meski di sudut matamu
menitikkan air mata, kau telan semua kegetiran-kegetiran
hidup yang menyesakkan dada, sedikit pun tak mengeluh.
Tetes air matamu hanya sebagai rasa haru, bukan penyesalan,
bukan pula duka yang mendalam, ketabahanmu menjalani
kehidupan ini memberi pelajaran untuk kita renungkan.
Pendemi telah merengut putra semata wayang, hati siapa
yang tak kan hancur, bila putra tersayang telah pergi untuk
selamanya, sungguh kejam dunia ini tapi, kau tetap tabah.
Meski jiwamu menangis namun kau pendam dalam-dalam
penderitaan itu, tak ingin hanyut dalam kedukaan panjang
walau sesungguhnya hatimu telah kini berkeping.
Ibu!, ajarkan kami tentang ketabahan, agar jiwa yang rapuh
ini menjadi tegar menjalani hidup semakin rumit dan penuh
tantangan yang tak lepas dari "Goda, Noda, dan Dosa".
*Singosari, 27 Mei 2020*
@jbarathan.