Mohon tunggu...
June
June Mohon Tunggu... Freelancer - nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Temanmu Ini Mesin

12 Juli 2019   23:59 Diperbarui: 13 Juli 2019   00:19 1993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi kompeni bagi atas tubuh sendiri
Begitulah aku....
Demi membayar utang dan menyumpal lambung
Kuisi hariku dengan menyiksa tubuhku
Kuperbudak tubuhku

Otak menjadi sistem
Usus menjadi gir
Jantung menjadi motor
Mata menjadi lampu kuning yang terus berkedip
Serta kaki dan tangan yang bergerak seperti kincir yang selalu mendapat angin di atas rumah

Perbudakan atas tubuh sendiri adalah biasa
Biasa bagi kami yang proletar
Bukan urusan bagi sahabat borjuis
Sudah normal, bukan?

Benar bahwa kami garis pemimpi
Kadang berharap dedaunan dipetik menjadi uang
Akan kupanen dedaunan di hutan
Kadang melamunkan tidurku berselamkan Soekarno-Hatta
Nyamanya khayalan, sakit nian bila tersadar
Helaan nafas yang dalam biasa menjadi lega

Tak perlu membuat kami susah, tanpa diupayakan kami sudah sudah
Salam, dari pemimpi ulung bernaungkan payung bertuliskan proletar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun