Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Juara 2 Blog Competition Kemendikdasmen RI 2025 (Aspirasi Pendidikan Bermutu) | Juara Favorit Blog Competition Badan Bank Tanah 2025 (Badan Bank Tanah sebagai Instrumen untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat di Indonesia) | Salah Satu Pemenang Terpilih Lomba Menulis KPB 2025 (Siswa Nakal Dikirim ke Barak Militer) | Nomine Penulis Opini Terbaik Kompasiana Awards 2024

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Selamat Tinggal Jalur Zonasi

29 Mei 2025   22:36 Diperbarui: 2 Juni 2025   18:09 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon siswa SMAN 1 Metro yang dinyatakan lulus melalui PPDB 2022 sedang mengikuti persiapan MPLS | Semburai Berlaksa Makna. 

Selamat Tinggal Zonasi

Saya percaya, sistem yang sekarang jauh lebih berkeadilan. Jika pada tahun-tahun sebelumnya jalur zonasi menempatkan jarak sebagai satu-satunya indikator seleksi awal, maka pada sistem domisili ini, pemerintah telah menetapkan kemampuan akademik sebagai indikator pertama dan utama.

Sistem ini bahkan mengingatkan kita pada mekanisme lama, semacam DANEM, yang pernah diberlakukan lebih dari satu dekade silam. 

Bedanya, jalur domisili tidak bisa diakses oleh semua siswa dari berbagai wilayah. Hanya siswa yang berdomisili sesuai dengan ketetapan pemerintah sajalah yang berhak mendaftarkan diri melalui jalur ini.

Tentu saja ini kabar baik, terutama bagi para orang tua, siswa, dan masyarakat yang pernah merasa kecewa dengan sistem zonasi sebelumnya. 

Terlalu banyak kisah tentang anak-anak yang tersisih bukan karena kurangnya semangat atau prestasi, tapi semata karena jarak rumah yang kalah dekat. 

Salah satunya adalah keponakan saya sendiri, yang harus tereliminasi dari PPDB hanya karena selisih beberapa meter dari pendaftar lain yang kebetulan lebih dekat ke sekolah.

Dengan sistem domisili ini, saya melihat ada semangat baru yang ditanamkan, sebuah penghargaan terhadap jerih payah belajar. Anak-anak akan lebih terpacu untuk tetap berusaha meraih nilai terbaik, meskipun rumah mereka hanya berjarak selemparan batu dari pagar sekolah.

Sangat berbeda dengan sistem zonasi yang pernah berlaku. Ibarat kata, dulu siswa bisa bersantai-santai tanpa perlu belajar keras, asal alamatnya sudah cukup “strategis”, di balik pagar sekolah, misalnya. Lolosnya tinggal menunggu waktu. Tapi sekarang? Jangan harap.

Meski seorang siswa berada di dalam radius terdekat, bahkan seandainya rumahnya menempel langsung pada tembok sekolah, jika nilai akademiknya tak kompetitif, maka dia tetap berpeluang besar untuk tergeser oleh mereka yang punya nilai lebih tinggi.

Dengan sistem ini, setidaknya kita mulai bisa mengikis satu kalimat asal-asalan yang sering kita dengar dan, ironisnya, sering terbukti benar, “Untuk apa belajar? Rumah kita kan di belakang sekolah, pasti masuk.” Nah, sekarang, jangan harap!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun