Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Remaja Jompo: Sebuah Efek dari Pandemi

7 September 2022   00:05 Diperbarui: 9 September 2022   23:52 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lucu bukan, masih remaja sudah dikatakan jompo, apa sih sebenarnya remaja jompo itu, dan bagaimana bisa remaja menjadi jompo? (FREEPIK/JCOMP) 

Remaja jompo, istilah yang populer pada awal-awal tahun 2022. Lucu bukan, masih remaja sudah dikatakan jompo, apa sih sebenarnya remaja jompo itu, dan bagaimana bisa remaja menjadi jompo?

Jompo, istilah ini biasanya merujuk kepada orang-orang yang sudah sangat tua, lemah, susah bergerak dan kemampuan panca indera yang berkurang. Beberapa waktu yang lalu sedang trend istilah remaja jompo dikalangan para remaja, istilah ini menjadi sebuah ejekan atau bahan lelucon di antara mereka, mereka menyebut teman yang suka mager, rebahan, lemah, sendi sakit ketika geser dikit sebagai remaja jompo. 

Masih tidak masalah sebenarnya dengan trend sebutan remaja jompo jika hanya mengacu pada kelemahan fisik semata, tetapi dalam realita kehidupan yang ada sekarang ini ternyata benar-benar banyak remaja yang merupakan remaja jompo paripurna artinya mereka benar-benar total jompo yaitu tidak hanya lemah dalam fisik tetapi juga lemah dalam pikiran (sifat/  mental).

Apa maksud dari remaja jompo paripurna?

Adalah remaja-remaja yang lemah dalam fisik dan mental. Mereka malas gerak, malas belajar, malas berinovasi, malas berkreasi, hobinya rebahan, scroll medsos dan main game seharian. Benar-benar "jompo" ya, lemah semangat, lemah pola pikir dan menjadikan lemah fisik. 

Pandemi ini kemungkinan adalah sebab terbesar hadirnya remaja-remaja jompo ini, bagaimana tidak selama kurang lebih dua tahun, para remaja ini hidup dalam dunia maya karena pandemi covid 19. Seharian berada di depan layar CPU atau laptop demi unggah tugas kegiatan belajar mengajar. 

Aktivitas harian remaja pada masa daring selama dua tahun ini menjadikan para remaja ini benar-benar jompo; adapun ke jompoan itu adalah sebagai berikut:

Malas gerak;

keseharian di depan layar laptop/PC/ ponsel pintar membuat pola budaya baru bagi remaja-remaja tersebut, belajar sambil rebahan. Kebiasaan ini menjadikan para remaja tersebut lambat laun menjadi siswa penyuka rebahan, belajar sambil rebahan, menghapalkan materi sambil rebahan, quiz sambil rebahan dan kadang nyambi makan dan minum juga sambil rebahan.


Malas belajar; 

pengawasan yang tidak memungkinkan selama masa pandemi membuat para remaja dengan mudahnya mengakses materi-materi yang di ujikan melalui internet. Hal ini mematikan kreativitas remaja-remaja ini, sebab gak perlu belajar, tingggal klik di depan layar, masukkan kata pencarian lalu ketemu.

Malas berinovasi; 

rebahan adalah sebab yang paling utama yang paling mempengaruhi sebab-sebab berikutnya, termasuk point ini, malas berinovasi. Bagaimana mungkin muncul sebuah inisiatif untuk berinovasi sedangkan pikiran dan badan sudah meminta untuk melakukan rebahan.

Badan sakit dan pegal-pegal, 

nah ini adalah ciri umum juga bagi para orang tua yang sudah jompo, sama juga pada remaja jompo, badan akan sering terasa pegal, sakit, geser sedikit sendi sakit dan ngilu. Kemungkinan sebab ini juga akibat dari rebahan yang berkepanjangan, membuat aliran darah tidak sempurna dan juga persendian menjadi kaku karena jarang untuk bergerak.

Tidak peduli terhadap lingkungan,

sebenarnya penyebab nya akan berbeda pada orang tua yang jompo dengan remaja jompo pada kejompoan ini. Kalau pada orang tua, ketidak pedulian mereka terhadap lingkungan adalah akibat panca indera mereka yang sudah melemah, kemampuan mendengar, melihat, dan juga merasakan keadaan sekitar yang telah lemah, maka wajar jika para orang tua yang jompo seakan tidak peduli terhadap lingkungan. 

Pada istilah remaja jompo, kejompoan ini lebih di akibatkan karena saking lamanya para remaja ini berada di rumah, jarang bersosialisasi keluar rumah (karena dampak pandemi 2020 - 2022), sehingga kemampuan mereka dalam interaksi sosial, berempati, simpati menjadi berkurang. 

Kejompoan yang terakhir adalah kejompoan para remaja yang paling banyak terjadi sekarang ini.

Banyak siswa yang tidak bertegur sapa dengan para gurunya, tidak menampilkan senyum manis, tidak ramah kepada gurunya ketika bertemu di sekolah dan di luar sekolah, kami pikir ini adalah kejompoan remaja yang sesungguhnya, benar-benar lemah dalam mengelola rasa empati dan simpati dalam berinteraksi, semoga dengan masa pandemi yang segera berlalu, remaja-remaja jompo paripurna ini juga semakin habis di muka bumi ini, menjadi remaja-remaja yang kembali seperti dulu lagi, aktif, dinamis, kreatif dan berempati!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun