Mohon tunggu...
SIAHAAN JUNIOR TERNAMA
SIAHAAN JUNIOR TERNAMA Mohon Tunggu... Freelancer - aku adalah Tanah

Baca dengan mata/rasa dengan pikiran/karena aku adalah tanah yang mendambakan bacaan dan tulisan/ karya sastra sebagai bumbu kehidupan///Onesimus

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Saya Golput dan Buku Golput: Siapapun yang Menang, Rakyat Tetap Kalah

17 April 2019   14:05 Diperbarui: 17 April 2019   14:26 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerah sekali memang hari Rabu tanggal 17 April 2019 hari ini. semua Ibu-Ibu meninggalkan dapurnya dan Bapak-Bapak berbahagia karena perusahaan tempatnya bekerja meliburkan karyawannya karena harus patuh pada pemerintah. 

Ibu dan Bapak seorang petani di Desa pun tampaknya harus ikutan juga libur nasional untuk pergi ke TPS tak jauh dari rumah. Mengadukan penderitaan kepada calon pemimpin atau nahkoda Ibu Pertiwi lewat suara, tak lupa juga memilih wakil rakyat yang selama ini tampaknya tidak merakyat. Semua senang gembira, anak-anak Paud pun serta anak-anak SD, SMP, SMA memiliki waktu senggang untuk bermain berkenaan liburan nasional Pemilu Serentak 2019.

Hari ini adalah hak surat suaraku telah tiba di tangan Ayah dan Ibu di Desa. Sembari menelpon dan bertanya apa kegiatan di hari 17 April nanti dan akan memilih siapa. Tak kujawab pasti, aku Cuma bilang bahwa si bungsu anakmu ini kali kedua menggunakan haknya untuk tidak memilih di hajatan besar hari, bulan, dan tahun ini. mereka adalah orang tua yang pro demokrasi, tak akan pernah mencaci maki pilihan anaknya walaupun mereka berharap anaknya maju melangkah ke TPS untuk memilih.

Masyarakat telah memahami secara mati, bahwa satu suara pemilu sangat berarti. Bukan begitu? Sebuah moto kampanye agar rakyat turut andil dalam pemilu. Lain halnya dengan saudariku, kami berdebat panjang dan sedikit bersinggungan tentang perbedaan pandangan. 

Ia seorang militan demokrasi yang memasrahkan pilihannya untuk aktif datang ke bilik suara milik TPS, sedangkan aku sosok remaja usia dua puluh tahun yang keras kepala ingin memboikot pemilu karen tak sesuai apa yang ada dalam kemauan diriku. 

Wajar, perbedaan pandangan politik adalah sebuah keseruan dalam arena demokrasi. Sekarang tinggal menentukan, siapa yang lebih nasionalis dan negarawan. Apakah orang-orang yang memilih ke TPS adalah seorang nasionalis atau malah lebih nasionalis seorang golputan?

Dalam tulisan Mengapa Saya Golput? Oleh Abdurrahman Wahid (10 September 2004), bahwa seorang Gusdur pun pernah menyatakan sikap  golput, Sikap Golput adalah sebuah sikap moral yang merupakan hak sebagai warga negara, menurut tata hukum yang berlaku.

Dalam mengambil keputusan menjadi Golputan ini, penulis sudah mengalami kejadian yang lucu juga menggemaskan. Awalnya hanya langkah ketertarikan akan isu-isu lingkungan yang kian terobrak-abrik oleh beberapa orang-orang yang memang berada dalam jaringan kekuasaan, salah satunya seperti tulisan yang terbit sebelum tulisan ini yaitu Menarik Makna dari "Sexy Killer" Sudut Pandang Mahasiswa Sosialisme-neomiliterisme" dapat dibaca di sini.

Tentang perjuangan aktivis lingkungan yang mengalami kriminalisasi serta sikap represifitas dari aparat. Konflik-konflik agraria tertama yang menyangkut tanah adat atau ulayat yang tak kunjung terselesaikan. Begitu juga prihal kasus-kasus lama yang masih dinanti-nantikan oleh orang muda untuk penyelesaian hingga titik terang siapa pelaku utama yang pantas menerima hukuman sebagai pertanggungjawaban.

Dalam buku Golput: Siapapun Yang Menang, Rakyat Tetap Kalah dijelaskan bahwa memang kedua calon Presiden dan calon wakil presiden sama saja. Petahana yang terang-terangan mengingkari janjinya atau calon lain yang punya rekam jejak hitam saat masa jayanya berseragam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun