Dalam wilayah Indonesia ini banyak budaya dan juga kearifan lokal yang sangat melimpah salah satunya tari seblang yang terdapat di daerah Banyuwangi tepatnya di desa Olehsari dan juga bakungan. Tari seblang adalah tradisi yang sampai sekarang masih dilaksanakan dan menjadi identitas suatu wilayah tari sebelang sendiri masih terjaga sampai sekarang karena banyak nilai-nilai dan makna yang mendalam,Tari seblang adalah ritual yang dibawa dari generasi ke generasi yang ditarikan oleh gadis yang memiliki garis keturunan penari dengan penari sebelang pertama dan belum menikah meskipun tari seblang sudah diwariskan sejak lama tetapi banyak hambatan dalam melestarikannya. Tari ini memiliki nilai-nilai yang mendalam sehingga tidak sembarang orang melakukannya.
  Tari Seblang olehsari adalah sebuah ritual Tari tradisional yang dilakukan masyarakat using di desa Olehsari dan juga desa Bakungan Banyuwangi Jawa Timur . Dalam kepercayaan mereka dengan tujuan mengusir roh roh jahat / tolak bala yang mengganggu ketrentaman desa. ritual tersebut membuat desa mereka diberi keselamatan, kesehatan dan juga hasil panen yang melimpah. Ritual Tari seblang ini memang memiliki ciri khas tersendiri dari daerahnya masing" , Tari seblang olehsari yang dilaksanakan di desa Olehsari selama 7 hari di bulan Syawal dengan gadis muda, penari seblang olehsari ini diwariskan turun temurun dari garis keturunan ibu ditunjukkan oleh roh leluhur dan menari dalam keadaan tidak sadar. Dalam masyarakat Olehsari penari seblang menggambarkan "Dewi Kesuburan" bagi masyarakat olehsari
  Pada 1930 tercatat dan tertangani oleh asisten wedono Glagah bahwa telah dilaksanakannya Ritual Adat Seblang, namun yang tercatat di regesiter itu bukan tentang seblangnya tapi tentang adanya wabah yang meluas di Desa Olehsari (pagebluk). Karna menjalarnya wabah ini maka Saridin (Pawang Desa) melakukan ritual ini. Pagebluk yang di maksud seperti pagi sakit-malam meninggal, malam sakit- pagi meninggal. Seblang Olehsari bermula diadakan dalam bentuk seni pertunjukan di masa Kerajaan Blambangan. Namun setelah zaman kerajaan runtuh, ritual adat tarian Seblang Olehsari sempat tidak dilakukan lagi.DalamCatatan sejarah lainnya, tarian Seblang Olehsari ini dilakukan kembali di tahun 1930 dan yang menjadi penari Seblang pertama bernama Semi yang menjadi pelopor tari Gandrung wanita pertama dan meninggal di tahun 1973. Dalam kepercayaan masyarakat osing di Desa Olehsari ini seblang merupakan kependekan dari "sebele ilang" dapat diartikan dalam bahasa Indonesia berarti "sial nya hilang", mereka percaya jika tidak melakukan tarian/ritual tersebut desa mereka akan datang musibah
  Penari seblang di desa Olehsari adalah anak remaja yang di pilih dari keturunan para penari sebelumnya, karena syarat utama untuk menjadi penari tersebut memang harus mempunyai garis keturunan dari penari seblang sebelumnya dan juga belum menikah.Ritual Tari ini melalui proses dimana tubuh penari dimasuki energi spiritual dari leluhurnya tersebut. Tari seblang akan menari nari dengan mata tertutup selama 7 hari berturut turut. Diselenggarakannya upacara Tari tersebut memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat setempat, upacara tersebut dilaksanakan sebagai bentuk terimakasih atas panen yang telah berhasil , kesuburan tanah dan juga kesehatan warga Hal itu menjadi wadah untuk mempertemukan berbagai aspek kehidupan sosial dan pengalaman perseorangan untuk memperkecil ketidakpastian, ketegangan, dan konflik (Geertz, 1989,h.13).
  Ritual seblang memiliki fungsi utama sebagai pembersih desa dan media silahturahmi terhadap leluhurPergelaran ritual Seblangmampu menjadi media penghubung di antara keduanya untuk melakukan komunikasi melalui tubuh Penari Seblangdan ruang-ruang konsolidasiseperti momen kejiman selain memiliki fungsi sebagai pembersih desa dan juga media komunikasi terhadap leluhur Tari ini juga memiliki banyak makna dan nilai nilai mendalam dalam masyarakat banyuwangi sendiri. Tari tersebut hampir punah tetapi masyarakat tersebut membuat festival pada seblang olehsari yang di pengaruhi olehfenomena budaya global. Terdapat dampak positif dan juga negatif dengan adanya festival tersebut, Maka dari itu kita sebagai generasi muda meskipun tidak berasal asli dari daerah tersebut tapi kita tetap harus menghormati dan ikut berperan dalam melestarikannya agar tidak punah.
Daftar Pustaka
https://jurnal.ugm.ac.id/jks/article/download/80959/37932