Mohon tunggu...
Junaedi Ghazali
Junaedi Ghazali Mohon Tunggu... -

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Gadget Gap

4 April 2013   16:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:44 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini ketika berkumpul dengan teman, sebuah obrolan dari dunia maya di bagian saya tidak terlibat dan memilih keluar darinya muncul. Mengenai perbedaan pendapat dan cara yang digunakan dalam menyikapinya. Sebuah topik membosankan dan sudah berulangkali terjadi. Secara langsung saya pribadi meminta untuk dimasukkan dalam bagian ini. Mengapa saya minta dimasukkan karena memang sudah kebiasaan untuk melihat langsung dan tidak hanya ngobrol di belakang orang yang diomongkan. Tapi hal itu tidak terjadi. Perdebatan yang terjadi di sana dianggap tak lebih sebagai guyonan dan angin lalu di dunia nyata. Berharap setelah lama mengendap tidak dibahas akan selesai dengan sendirinya.

Sebagai orang yang pernah menikmati menjadi asosial, dunia maya bagi saya pribadi adalah ruang suci. Sanctuary. Di dunia tak mengenal satu sama lain tapi saling akrab. Batasan moral hilang dan objektivitas benar-benar menjadi pegangan. Sarkas adalah hal yang biasa. Satu menyerang dengan pintar dan yang lain menunggu waktu untuk dapat membalas. Sangat terbuka dan biasa.

Sampai kemudian negara api menyerang...

Hahaha....maksudnya sampai kemudian internet menjadi satu hal yang biasa. Semua orang memindahkan batasan dunia nyata dan maya ke garis pinggir. Dan mereka yang sebelumnya pernah ada di sana harus memilih; menciptakan ruang baru, berkompromi dengan mereka yang baru masuk, atau benar-benar meninggalkan ruang itu. Sebuah gap antar generasi kembali menjadi sebuah persoalan dalam pergeseran batasan ini.

Batasan gap antar generasi gadget mungkin disadari oleh sebagian besar mereka yang lahir dan besar di era transisi. Transisi antara mereka yang akrab dengan gadget dan tidak. Kebanyakan mereka yang lahir dan besar di rentang waktu 90an. Mengalami masa bermain di lapangan dan bermain di dalam ruangan. Menjadi manusia-manusia yang cenderung berbeda dalam menyikapi kencangnya perkembangan teknologi dan perubahan perilaku masyarakat di sekitarnya. Secara tidak langsung juga, perbedaan di antara mereka yang terlahir sebagai generasi transisi menjadi pilihan dalam menciptakan aturan.

Seperti hipotesa mengenai mereka pilihan dalam menyikapi menyeruaknya dunia nyata ke dunia maya, kesadaran di antara generasi transisi ini tidak banyak dirasakan oleh generasi sebelum dan sesudah gadget. Tidak banyak yang memilih untuk menjaga kemurnian dunia maya secara tradisi. Tradisi kebebasan mengemukakan pendapat, menilai objektivitas sebuah pendapat, memisahkan apa yang pantas untuk dirasakan dan dijalani di antara dua dunia ini. Satu hal yang biasa ketika di era ini, kedangkalan menjadi kebiasaan. Semua harus cepat. Tak apa cetek, yang penting selalu ada. Tak apa cetek, tanpa tahu secara mendalam. Nanggung.

Nanggung juga ketika nongkrong, bahasan yang muncul lebih apa yang ada di layar kaca. Bukan layar kaca 20 inchi lagi, tapi layar kaca 3-7 inchi. Bukan pada apa yang benar-benar dijalankan dan dirasakan di kehidupan. Keakraban lebih pada banyaknya intensitas bersinggungan di dunia maya. Bukan nyata.

Buat saya pribadi, perbedaan sikap dalam menyikapi dunia gadget ini tidak kemudian mengharuskan sebuah aturan dipaksakan. Biarkan semua orang memilih jalannya sendiri. Saling mempertahankan dan dapat belajar apa yang harus dilakukan. Tak usah berteriak lantang ketika benar, tapi juga secara ksatria mengaku ketika memang salah. Tanpa itu, dunia maya dan nyata hanya akan menjadi pihak yang disalahkan ketika belum ada aturan yang dijadikan patokan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun