[caption id="attachment_254753" align="aligncenter" width="614" caption="Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, memberikan penghargaan pada institusi yg mendukung pariwisata di Surabaya, dalam acara "][/caption]
Surabaya selama ini “hanya” terkenal sebagai Kota Pahlawan. Tapi kini, bukan hanya itu. Surabaya ingin juga memantapkan diri sebagai Kota Pariwisata. Tentu bukan sebuah langkah mudah. Persepsi orang selama ini terhadap Surabaya adalah kota dagang, yang udaranya panas. Masyarakatnya juga dianggap masih belum peduli pada pariwisata. Saya sendiri, awalnya punya persepsi seperti itu.
Namun, setelah tinggal beberapa waktu di Surabaya, persepsi itu tidak tepat.
Berkat upaya bersama dari Pemerintah Kota, institusi, lembaga, dan yang terpenting, seluruh lapisan masyarakat, kota Surabaya mulai menjadi daya tarik wisata yang patut dipertimbangkan.
Malam tadi (17/5), saya diundang hadir pada acara penganugerahan penghargaan “Surabaya Tourism Destination Award 2013” di Grand City, Surabaya. Acara tersebut adalah kali kedua diselenggarakan, hasil kerja bareng Pemerintah Kota, Suara Surabaya Media, dan Universitas Ciputra.
Acara yang dihadiri oleh Walikota Surabaya, Tri Risma Harini, menampilkan lebih dari 45 obyek wisata menarik di Surabaya. Dari sejumlah itu, terpilih 15 nominasi terbaik untuk mendapat penghargaan.
Dalam sambutannya, Ibu Risma mengatakan bahwa persepsi masyarakat internasional maupun lokal terhadap Surabaya telah berubah. Beberapa pekan lalu, menurut Bu Risma, serombongan orang asing menyatakan kekagumannya pada Surabaya. Mereka melihat kota Surabaya tertata rapi, memiliki banyak obyek wisata, dan satu lagi yang menarik, masyarakatnya yang ramah.
Soal keramahan orang Surabaya, juga cukup mengagetkan saya. Sebelumnya, saya punya persepsi bahwa orang Surabaya itu kasar dan ceplas-ceplos. Tapi kenyataannya di Surabaya tidak demikian. Menurut bu Risma, warga Surabaya sendiri telah memahami bahwa kota mereka kini sedang menuju kota internasional. Secara perlahan, karakter dan sikap mereka juga semakin “welcoming”, dan tidak terlihat kasar lagi. Justru banyak sekali orang Surabaya yang ramah dan penuh perhatian pada pendatang.
[caption id="attachment_254761" align="aligncenter" width="614" caption="Gedung Eks De Javasche Bank sebagai nominasi tujuan wisata favorit di Surabaya / nx300"]
Malam itu, penghargaan diberikan pada lima belas objek wisata. Untuk Kategori Clean and Comfort, panitia berhasil menjaring empat nominator yaitu House of Sampoerna, Monumen Kapal Selam, Mirota Art Shop, dan Gedung Memorabilia Eks De Javasche Bank. Anugerah diberikan pada House of Sampoerna.
Sedangkan kategori Communicative Information, panitia memberikan anugerah pada Masjid Al Akbar. Sedangkan tempat wisata yang masuk nominasi kategori ini adalah Museum Loka Jala Crana, Taman Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim, dan Taman Remaja Surabaya.
Untuk kategori Excellence Service, dimenangkan oleh Ciputra Waterpark, dengan nominator adalah Kapal Wisata Artama 3 Pelindo Marine Service, Kampung Arab, dan Pantai Ria Kenjeran.
Kategori Creative and Innovative dimenangkan lagi oleh House of Sampoerna, dengan nominator diantaranya adalah Mangrove Wonorejo Kecamatan Rungkut, dan Mangrove Kecamata Gunung Anyar. Sementara untuk kategori Entrepreneurial Impact dimenangkan Pasar Bunga Kayoon.
Saya kebetulan mewakili pimpinan untuk menerima penghargaan atas Gedung Memorabilia Eks De Javasche Bank. Gedung yang dimiliki Bank Indonesia tersebut, dibangun pada tahun 1829 saat masa kolonial Belanda. Sejak tahun 2012, gedung itu telah direnovasi dan dibuka untuk umum.
Selain menampilkan memorabilia barang peninggalan kegiatan perbankan masa lalu, Gedung Eks De Javasche Bank itu juga disewakan untuk umum yang ingin melakukan berbagai kegiatan, mulai dari resepsi, konser musik klasik, hingga foto pre-wedding.
Saat berbincang dengan Bu Risma, beliau menyampaikan penghargaan atas berbagai upaya lembaga-lembaga, seperti Bank Indonesia, yang turut mendukung keindahan kota Surabaya. Tentunya, upaya konservasi bangunan bersejarah juga menjadi bagian dari edukasi dan pembelajaran masyarakat. Sebuah kewajiban yang harus dilakukan seluruh lembaga dan institusi.
Di tengah acara, saya juga sempat berdiskusi dengan pak Yoyon, pemilik dan pengelola wisata Mangrove Gunung Anyar. Ia menawarkan wisata menarik di hutan bakaunya. Saya ditawarkan untuk naik perahu mengelilingi hutan bakau, melihat burung-burung camar, kera-kera, serta ikan yang berenang di sekitaran hutan bakau. Setelah mengarungi hutan, ia bercerita bahwa kita dapat juga menikmati makanan khas hasil pancingan, mulai dari ikan hingga kepiting. Waaah, menarik ya? Insya Allah saya akan jadwalkan waktu untuk berkunjung ke sana.
So, sudahkah teman Kompasianer memutuskan ingin liburan ke mana tahun ini?
Saya sarankan untuk ke Surabaya saja. Mulai dari wisata sejarah, alam, dan sudah barang tentu shopping serta kuliner, ada, dan siap menyambut anda.
Salam.
PS. beberapa obyek turisme dan kuliner di Surabaya yang sempat saya abadikan.
[caption id="attachment_254760" align="aligncenter" width="614" caption="Hotel Majapahit, dulu dikenal dengan nama Hotel Yamato atau Hotel Oranje. Di sinilah aksi perobekan bendera Belanda terjadi, pada 10 November 1945 / nx300"]