Mohon tunggu...
Junanto Herdiawan
Junanto Herdiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pemerhati Ekonomi, Penikmat Kuliner, Penulis Buku, dan Pembelajar Ilmu Filsafat. Saat ini bekerja sebagai Direktur Departemen Komunikasi BI dan menjabat sebagai Ketua Ikatan Pegawai BI (IPEBI). Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempatnya bekerja. Penulis juga tidak pernah memberi janji atau menerima apapun terkait jabatan. Harap hati-hati apabila ada yang mengatasnamakan penulis untuk kepentingan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Meningkatkan Motivasi Hidup dengan Demotivasi

15 September 2021   07:13 Diperbarui: 23 Mei 2022   23:50 3009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan latar belakangnya itu, jelas buku ini bukan sebuah buku "kaleng-kalengan", meski kesannya buku ini ringan dan penuh humor. Buku ini justru menyimpan pesan filosofis yang pekat dan sarat dengan makna, tetapi disampaikan secara santai.

Buku "Kumpulan Kalimat Demotivasi II" ini semacam sekuel buku sebelumnya "Kumpulan Demotivasi: Panduan Menjalani Hidup dengan Biasa-Biasa Saja" yang terbit pada tahun 2020. 

Dalam buku kedua ini, Syarif Maulana menfokuskan pada upaya menggapai hidup bahagia, khususnya bagi kaum medioker, atau kelompok masyarakat yang biasa-biasa saja. 

Apabila buku pertama sarat dengan pemikiran-pemikiran filsuf, mulai dari Yunani Kuno hingga Emil Cioran dan ajaran Buddhisme, di buku kedua ini tulisan terasa lebih praktis, ringan, tanpa meninggalkan nafas filsafat.

Buku ini dibagi dalam beberapa bab, yang menggunakan berbagai pendekatan dalam melihat demotivasi, antara lain melalui pendekatan sains/logika (hal 19), linguistik (hal 29), etika kapitalisme (hal 49), maupun secara spiritual melalui doa-doa demotivasi (hal 59). Kontekstualisasi pandemi Covid-19 sebagai virus demotivasi juga diangkat secara baik, sehingga kita diajaknya merenung. 

Menurut Syarif, pandemi Covid-19 adalah semacam virus untuk mengingatkan manusia agar tidak diselimuti optimisme yang berlebihan dalam menghadapi hidup. 

"Pertama, berbagai konsep kemajuan yang diagung-agungkan oleh manusia, ... ternyata bisa diperlambat, setidaknya untuk sementara oleh pandemi. Kedua, ... virus ini menghinggapi orang kaya dan sukses, ..jangan-jangan menjadi kaya dan sukses bukan sebuah cita-cita luhur, toh tetap saja terkena Covid. Ketiga, kemampuan manusia memprediksi masa depan (dengan bantuan sains dan teknologi) ternyata belum sanggup menyimpulkan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir" (hal 12-13).

Sebagaimana buku pertama, buku ini teguh mengajukan kritik terhadap konsep motivasi, terutama motivasi artifisial (yang kerap dijual para motivator), yang berpendapat bahwa pola pikir positif seolah bisa dijadikan panasea atau "obat bagi segala" (hal 19). 

Syarif mengajukan kritik pada para motivator yang meyakini bahwa orang sukses itu adalah yang pola pikirnya sukses, seolah orang gagal adalah orang yang pola pikirnya gagal. 

Umumnya, pemikiran itu berasal dari buku The Secret karya Rhonda Byrne dan The Science of Getting Rich  karya Wallace Wattles. 

Menurut Syarif, gagasan Wattles bermasalah karena melakukan simplifikasi bahwa kekayaan adalah konsekuensi dari pola pikir positif dan kemiskinan merupakan konsekuensi dari pola pikir negatif (hal 21). Wattles seolah-olah lupa bahwa manusia punya banyak cara untuk hidup bahagia (hal 23).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun