Mohon tunggu...
DJun
DJun Mohon Tunggu...

Terlahir sebagai warga Mongondow adalh suatu anugerah terindah bagi saya, meski dara yang mengalir bukanlah dari ras suku mongondow. Saya Bangga Jadi Orang Mongondow

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ayahku, Inspirasiku

7 Maret 2016   18:00 Diperbarui: 7 Maret 2016   18:50 1299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Foto : Nadia Karim"][/caption]

Seorang yang mengispirasi hidup saya, bagitu banyak pengalaman yang dia bagikan dengan saya, mulai dari cara bagaimna untuk tetap bertahan hidup walaupun dalam keadaan sesulit apapun,
dia adalah seorang yang begitu berjasa di kehidupan saya, dia mempunyai banyak cara untuk membahagiakan saya, begitu banyak kisah yang di ceritakan kepada saya, hingga akhirnya saya tahu bagaimana  kerasnya hidup. dia selalu memberikan nasehat, dia juga berikan motivasi agar saya jangan terlena dengan indahnya dunia , sampai lupa untuk bersyukur.

Walaupun dia agak pemarah, tapi di sangat menyayangi saya, dia memang pemarah, tapi yang dimarahinya karena sebuah kesalahan yang  saya perbuat, tapi amarahnya hanya sebatas hari itu saja, dia tidak pendendam.

Masa kecil ku sungguh sangat bahagia, segala yang saya inginkan selalu di turuti, kemana-mana saya selalu di ajak, dia sosok yang begitu tulus mencintai saya, dan mencintai keluarga, seorang pekerja keras, seorang yang sangat bertanggung jawab, seorang yang penuh kasih sayang dan seorang membuat hidup saya lebih berarti.

Dialah ayah saya, ayah yang sering aku ceritakan kepada teman-teman saya, ayah yang sering saya banggakan karena kepribadiannya yang tangguh dalam menjalani kehidupan ini, ayah yang sungguh luar biasa, mungkin semua orang punya cerita tentang ayahnya sendiri dan saya juga salah satunya, saya punya banyak cerita tentang kisah klasik ayah saya.

Memang ayah saya bukan siapa-siapa, ayah saya bukan seorang abdi negara, bukan seorang Pengusaha, bukan juga seorang Pegawai Negeri Sipil, ayah saya hanyalah seorang pedagang kecil di pasar, pedagang yang hanya meraup untung yang sangat kecil untuk di bawah pulang kerumah, tapi dengan usaha kerasnya dia bersyukur bisa menyekolahkan anak2nya sampai lulus, walaupun kami hanya lulusan SMA tapi saya sangat bersyukur dengan kerja keras dan usaha dari ayah saya.

Kebahagiaan itupun sirna seketika sejak ayah saya jatuh sakit pada tanggal 07 Juni 2014, dan harus di rawat intesive di rumah sakit. kurang lebih seminggu di rawat di ruang khusus ICU, dan harus merelakan sebagian tubuhnya mati rasa dan kaku akibat penyakit stroke yang dideritanya, hari tu saya sangat terpukul dan begitu amat sedih, karena di hari itu juga saya masih melihat air mata kebahagiaannya di acara akad nikah yang berlangsung pada pagi hari itu juga sebelum ayah saya terjatuh sakit pada jam 16:30 disore harinya.

Hati ini terasa hampa melihat aya terbaring lemah, bahkan saya sempat ingin membatalkan acara Resepsi yang akan di gelar pada besoknya tanggal 8 juni 2016. tapi berkat dorongan ibu dan keluarga saya, akhirnya saya pun tetap pulang dang mengikuti acara resepsi pernikahan.
Mata ini terasa bocor, tak henti- hentinya saya meneteskan air mata jika terkenang dengan ayah, dada ini terasa sesak, dan seakan hancur kehidupan ini. saya belum siap dengan segala kemungkinan yang akan timbul, dengan penuh doa akhirnya saya siap dihari kebahagiaan besok.

[caption caption="Foto: Linkart Totabuan"]

[/caption]

hari bahagiapun telah tiba tanggal 08 Juni 2016 saya duduk didepan tamu undangan yang sangat bahagia kelihatannya, tapi hati ini penuh dengan kegelisahan yang tiada hentinya, rasanya saya ingin menyudahi acara ini, karana pikiran saya pada saat itu bukan lagi kebahagiaan, tapi sebuah kesengsaraan yang terpendam yang begitu menyakitkan, kegelisahaan yang tiada henti memikirkan seorang yang penuh jasa dalam hidup saya terbaring di rumah sakit.

"Begitu penuh kasih seorang ayah terhadap anaknya, tidak akan pernah luput dari ingatan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun