Mohon tunggu...
Junaedi
Junaedi Mohon Tunggu... Lainnya - Pencangkul dan Penikmat Kopi

Lahir dan tumbuh di Wonosalam, kawasan pertanian-perkebunan dataran tinggi di Jombang bagian selatan. Seorang pencangkul dan penikmat kopi. Dapat ditemui di www.pencangkul.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Mandeknya Regenerasi Petani

31 Desember 2010   13:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:08 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

DIAKUI atau tidak, selama ini pembangunan pertanian telah mengabaikan peranan pemuda. Akibatnya, jarak antara pemuda dengan ladang-ladang pertanian semakin jauh dan proses regenerasi petanipun sulit berjalan sehingga pertanian tetap didominasi oleh generasi tua yang tentu mempunyai berbagai implikasi. Salah satu implikasinya adalah pertanian berjalan di tempat dan sulit melakukan perubahan yang mendasar. Mungkin ini salah satunya yang menyebabkan kondisi pertanian kita terus mengalami pengeroposan, renta dan ”kurang darah”.

Padahal, dengan komposisi pemuda saat ini saja yang hampir dua per tiga dari total populasi, tentu ini sebuah potensi besar yang dapat dioptimalkan untuk membangun pertanian. Apalagi selama ini kita dikenal sebagai bangsa agraris dengan dukungan iklim, sumber daya alam dan sumber daya manusia (muda) yang melimpah, tentunya sangat ironis jika kondisi pertanian kita tetap seperti saat ini. Intinya, melibatkan pemuda atau dengan kata lain menyegerakan regenerasi petani adalah suatu hal yang sangat urgen bagi bangsa agraris ini. Namun persoalannya, sejauh mana pertanian itu mampu menarik hati bagi pemuda?

Adanya kecenderungan para pemuda terutama yang tinggal di kawasan pedesaan yang kurang tertarik terhadap dunia pertanian tentu berakibat pada sektor ini hanya di dominasi oleh generasi tua yang acapkali kurang responsif terhadap perubahan. Umumnya dalam pandangan pemuda, bertani adalah pekerjaan tradisional yang kurang bergengsi dan hasilnya disamping tidak segera dapat dinikmati juga jumlahnya relatif tak memadai.

Pandangan tersebut tentu mempengaruhi minat orang-orang muda untuk mau menjadi petani. Ini didukung oleh budaya instan dan ingin cepat menghasilkan, sementara pertanian memerlukan proses panjang, keuletan dan kesabaran dalam menghadapi berbagai resiko internal dan eksternal. Ditambah lagi dengan berbagai kebijakan yang tidak pro-petani dan justru seringkali pertanian dipandang sebelah mata dan dijadikan komoditas politik tanpa mempedulikan nasib dan masa depan pertanian.

Di samping itu, kurangnya dukungan para orang tua baik secara mental maupun material terhadap anak-anak muda untuk menjadi petani, juga menjadi penyebab pemuda tak tertarik menjadi petani. Alih-alih memberikan dukungan, justru orang tua acapkali mengendorkan syaraf dan syahwat anak-anak muda yang ingin menjadi petani. Umumnya orang tua akan lebih bangga jika anak-anaknya menjadi dokter, birokrat, pilot dan profesi lainnya yang dianggap lebih prestisius. Indikasi seperti ini salah satunya dapat dilihat dari banyaknya sekolah-sekolah pertanian ataupun fakultas-fakultas pertanian, terutama di perguruan tinggi swasta, yang kondisinya kekurangan mahasiswa.

Akhirnya banyak para pemuda, terutama yang tinggal di desa, lebih tertarik pada pekerjaan-pekerjaan non-pertanian di kawasan kota-kota besar. Mereka bekerja di sektor non-pertanian semisal menjadi pegawai, buruh pabrik, buruh bangunan, jasa transportasi baik yang formal maupun non-formal, yang menurut pandangannya lebih bergengsi. Kalau mereka mempunyai keahlian spesifik, tentu hal ini bukan masalah. Namun, tak sedikit dari mereka yang tak mempunyai keahlian spesifik dan keberuntungan justru menjadi beban di kota karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan.

Bangun Citra Pertanian

Oleh karena itu, untuk menumbuhkan minat dan kemauan serta merubah paradigma berpikir tentang pertanian dapat dimulai dengan membangun citra pertanian. Paradigma berpikir tentang pertanian selama ini sedikit banyak telah menurunkan citra pertanian terutama bagi pemuda. Paradigma berpikir harus kita ubah, bahwa pertanian bukan sekadar mencangkul di sawah dan menjadi petani tidak selalu identik dengan kemiskinan. Pertanian bukanlah sektor tradisional yang kurang bergengsi dan tidak memberikan nilai tambah, tetapi merupakan sektor strategis yang mampu memberikan nilai tambah yang berlipat jika dikelola secara profesional dan komersial seperti sektor-sektor lainnya. Bahkan kemajuan sektor-sektor lain sangat tergantung pada kemajuan sektor pertanian.

Untuk membangun citra pertanian, sosialisasi maupun kampanye-kampanye pertanian yang membuat generasi muda tersadar akan pentingnya pertanian dengan segala potensi yang dimilikinya. Sosialisasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media komunikasi semacam radio, televisi, surat kabar dan media publikasi lainnya.

Selanjutnya, yang perlu dilakukan adalah membuat semacam pusat pendidikan dan latihan kerja yang khusus untuk bidang pertanian. Pusat pendidikan dan latihan ini sangat diperlukan yang nantinya akan menjadi kawah candradimuka penggemblengan dan menjadi pusat mengasah keterampilan bertani pemuda maupun pusat informasi dunia pertanian terkini.

Demikian juga, adanya program pertukaran pemuda tani, sangat menarik dan perlu dilakukan. Kalau selama ini pertukaran pelajar dan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu seringkali dilakukan, apa salahnya program pertukaran pemuda tani juga dilakukan untuk memberi kesempatan para petani-petani muda, utamanya yang tinggal di pedalaman pedesaan untuk pengembangan wawasan pertaniannya. Ini sekaligus sebagai suatu upaya untuk menampilkan wajah pertanian yang menarik bagi semua orang, khususnya orang muda di pedesaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun