Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyali Tak Boleh Banci

5 Agustus 2020   07:35 Diperbarui: 5 Agustus 2020   07:39 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi : https://www.clipart.email/

Dunia ini tak bernah berhenti bergerak, begitu juga dengan pikiranku.

Selalu ada saja sesuatu yang menari-nari di kepalaku ini yang tak mau kuajak kompromi.

Entah mengapa, hatiku kerap meradang dan tak pernah tenang ketika melihat kemaksiatan.

Apalagi itu bukan cuma dalam hayalan, tapi terjadi persis di depan pelupuk mataku ini.

Haruskah aku cuma terpana dan tak berbuat apa-apa? Sementara dadaku berguncang-guncang bak mobil sedan di jalan berlubang.

Ingin rasanya ada sesuatu yang bisa kutendang agar hembusan napas ini rada tenang dan tak terus meradang.

Ah, aku bukan termasuk makhluk pengecut yang sering berlari kalang kabut saat ada masalah menjemput.

Aku tak mau pergi, apalagi bersembunyi karena takdirku bukan untuk menjadi banci.

Pasti kan kulibas sampai kandas ketika ada sang durjana yang meraja lela membungkam kebenaran.

Nyaliku tak boleh menjadi banci karena aku terlahir untuk jadi lelaki sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun