Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penghuni Sel XX.03

9 April 2020   12:25 Diperbarui: 9 April 2020   12:28 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: www.mentalfloss.com)

Mobil yang mereka tumpangi pun bergerak ke arah Jakarta dengan kecepatan tinggi. Suasana di jalan tol saat itu tidak begitu ramai.

Entah dari mana datangnya, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan sirine suara mobil patroli polisi. Mobil itu beberapa kali memberi kode dari kejauhan dengan cara mengedip-ngedipkan lampu depannya agar mereka menepi.

"Waduh, bagaimana nih bos? Kita minggir atau terus saja?" Tanya Kardun cemas.

"Goblok kamu Dun! Ya kabur dong. Tancap gas, jangan sampai kesalip," hardik Imron sambil melotot dan kepalanya menoleh ke belakang melihat mobil patroli polisi yang mengejar mereka.

Sampai pintu tol Padalarang, Kardun langsung menerobos saja tanpa membayar tol. Namun sayangnya, pas perempatan jalan, lampu merah menyala.

"Terabas saja Dun!" Bentak Imron.

Tanpa pikir panjang Kardun menerobos lampu merah. Sebuah mobil angkot warna hijau tiba-tiba melaju dari arah Timur, hampir saja mereka tabrakan.

Mobil terus bergerak ke arah kompleks Kota Baru Parahyangan, kemudian memutar balik ke arah Padalarang. Dekat Depo Pertamina, jalanan macet. Banyak angkot ngetem di sana. Mesti sudah dibunyikan bel berkali-kali, tetap saja angkot yang ngetem tidak mau bergeser.

Hal tersebut membuat Imron gelisah. Kemudian dia mengambil inisiatif turun dari mobil dan menghardik sopir-sopir angkot yang menjadi sumber kemacetan sambil menodongkan pistolnya.

"Apa kau sudah bosan hidup! Bikin macet saja. Dasar angkot sialan! Jalan!" Bentak Imron kesal.

"Ma ...ma..maaf Bang. Saya akan jalan. Jangan tembak aku Bang ...," jawab sopir angkot asal Medan itu dengan logat Bataknya yang kental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun