Mohon tunggu...
Juli Prasetya
Juli Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Pemuda desa tampan dan sederhana yang mencintai dunia literasi, sastra, sejarah, komunikasi, sosial dan budaya.

Pemuda desa tampan dan sederhana yang mencintai dunia literasi, sastra, sejarah, komunikasi, sosial dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menuju Ibadah Mudik yang Mabrur

4 Juni 2019   09:05 Diperbarui: 4 Juni 2019   09:14 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hemat saya 3 prasyarat ini menjadi suatu keniscayaan untuk meraih ibadah mudik yang mabrur. Jangan malu untuk mudik sebrengsek apapun kamu, jangan malu meskipun hanya menumpang kendaraan umum atau sewaan, karena mudik itu tidak melulu kembali dengan membawa kesuksesan (kata cak lontong sukses tidak penting yang penting berhasil) karena yang lebih subtansial adalah  kebahagiaan. Adakah yang lebih berpahala selain meihat Orangtua dan keluarga tersenyum bahagia melihat anak semata (duamata,tigamata) wayangnya pulang tanpa kekurangan suatu apapun.

Dalam pada itu masyarakat tidak bisa meninggalkan tradisi mudik ini. Ada hal yang membuat ibadah mudik menjadi wajib , untuk melaksanakan pulang kampung. Karena sekali lagi mudik menjadi wasilah mencari berkah, sebab bisa bersilaturahmi dengan sanak famili, handai taulan, kerabat dan tetangga. Dalam istilah bapak saya "merekatkan kembali balung yang retak, menyambung kembali balung yang patah". Ibadah mudik ini juga menjadi penanda dan pengingat asal usul, Sangkan parannya si sohibul mudik, dari mana mereka berasal, dari mana mereka dilahirkan, dan pada akhirnya bisa mengucapkan terimakasih kepada tanah air kelahirannya dengan caranya masing-masing.

Lalu Kenapa mesti malu untuk mudik ke pelukan ibu dan pangkuan bapak? Buang semua gengsi dan kerikuhanmu, mudik dan pulang itu bukan sesuatu yang nista apalagi hinadina. Jangan menunda-nunda untuk mudik, karena mudik itu sesuatu yang fitri, bawaan lahir , bawaan orok,  sudah semenjak dalam kandungan, bahkan sudah tertulis di lauhil mahfudz, kapan kita mudik, pun kapan kita mudik ke haribaan-Nya

Semoga kita menjadi sebenar-benarnya pemudik yang selalu diberi petunjuk oleh Allah , dan semoga ibadah mudik kita ini dihitung sebagai ibadah mudik yang mabrur. Hati-hati di jalan jangan lupa berdoa , semoga selamat sampai tujuan amiin. Selamat menunaikan ibadah mudik.

Takmir Darunnajah-Bengkel Idiotlogis, 22 Ramadhan 1438 H/ 16 Juni 2017 sampai 30 Ramadhan 1440H/ 4 Juni 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun