Kau lanskap langit yang saga pada ujung purnama dan hujan yang slalu mencintai warna pelangi
Kau embus angin sepoi yang membuatku bernafas dalam badai
Kau seorang penafsir yang diam dalam kedalaman
Kau keriangan yang tak letih mengalir dalam riak jantungku
Kau ketenangan yang paling sunyi dan terus menerus membuatku menari
Kau keceriaan yang tak lupa untuk menangis
seperti petang bertemu relung kenangan. Seperti pertanyaan yang berakhir dengan pertanyaan.
Aku cukupkan tahun-tahun tirakatku demi memberitahumu purnama telah habis ditelan sekujur tubuhmu
Setelah itu aku terjun bebas dari langit malam yang masih menyisakan cahaya bulan, demi mengatakan "aku purnama padamu".
Waktu menjadi sisa-sisa cahaya beberapa purnama menggenang serupa kenangan yang dilupakan oleh jalan pulang yang paling lapang
Aku tidak bisa merasakan desau lagi sebagai bait puisi. Ia terlalu banyak menyimpan nama-nama.