Mohon tunggu...
Julie Chou
Julie Chou Mohon Tunggu... Jurnalis - short strory author

aku adalah apa yang kamu baca, yang kamu kira, yang kamu suka, juga yang tidak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dear Rendra

23 Desember 2019   16:23 Diperbarui: 23 Desember 2019   16:43 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ibu, cita-cita itu apa?"

"Cita-cita itu seperti keinginan Fela kalau udah besar nanti. Misalnya jadi guru, jadi dokter, atau jadi artis."

"Fela mau jadi kayak Ibu."

"Jangan, Nak! Jangan jadi kayak ibu."

Aku menyandarkan punggungku ke kursi, terkadang kita butuh jeda sebentar untuk tidak perlu berpura-pura tegar. Perempuan di depanku masih terlihat berapi-api, mukanya masih terlihat merah menahan bara di hatinya, atau barangkali pendingin ruangan di restoran ini tidak berpengaruh juga untuknya. Sesekali aku melirik James yang sedang asik main lego di playground, aah melihatnya tertawa selalu membuat hatiku lebih sejuk.

"Jadi, seberapa dekat kamu mengenal Rendra?"

"Kenapa kamu harus terus menanyakan sesuatu yang menyakiti dirimu sendiri?"

"Aku butuh jawaban."

"Bukannya kamu tidak mempercayaiku? Buat apa kamu mencari jawaban dariku? Tanya saja pada Rendra, seseorang yang kamu percaya untuk masa depanmu."

"Aku belum puas dengan jawaban Rendra."

"Hmmm... baiklah, ayo kita buat semuanya selesai lebih cepat." Aku menoleh ke arah James, tersenyum dan membalas lambaian tangannya. "Aku kenal Rendra hampir 10 tahun, ketika aku pertama kali menjadi mahasiswi dan dia bekerja paruh waktu di fotocopy depan kampusku. Kamu pasti sudah bisa membayangkan apa saja yang sudah kami lewatkan selama itu, kalau kamu bertanya seberapa dekat aku dengan calon suamimu itu, dengarkan baik-baik. Aku bukan hanya tahu, tetapi hafal setiap bagian tubuhnya, tanda lahir dan bekas luka di tubuhnya, ukuran sepatu,baju sampai celana dalamnya, hafal rokok, shampoo, parfum favoritnya, hingga aroma tubuhnya bahkan saat mataku terpejam. Aku hafal bukan hanya sekedar ingat kebiasaannya, makanan kesukaannya, hal yang ia suka dan yang benci. Demikian juga dia, bukan sekedar tahu, tetapi sangat mengenal aku lebih dari diriku sendiri, dan kami..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun