Kami, warga Bandung dan Garut, punya satu mimpi besar. Bukan mimpi yang muluk-muluk, hanya mimpi sederhana yaitu bisa bepergian antara dua kota ini tanpa harus menghabiskan waktu berjam-jam di jalan yang macet. Kemacetan Cileunyi, Cinunuk, Nagreg, Kadungora dan Leles sudah jadi makanan sehari-hari, apalagi menjelang hari besar seperti Lebaran atau liburan sekolah.
Mimpi itu sempat terasa nyata ketika proyek Jalan Tol Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap, atau yang lebih dikenal sebagai Tol Getaci, dicanangkan. Proyek ini digadang-gadang sebagai jalan tol terpanjang se-Indonesia. Bayangan melaju mulus dari Gede Bage Bandung ke Garut Utara hanya dalam waktu singkat benar-benar menenangkan.
Namun, waktu terus berjalan. Kami memasuki era baru, yaitu 1 tahun pemerintahan Prabowo Gibran, yang genap pada 20 Oktober 2025. Setahun sudah kepemimpinan berganti, namun janji Tol Getaci terasa seperti menggantung di awan. Belum ada tanda-tanda konstruksi fisik yang berarti.
Kami bukannya tidak melihat usaha. Keluarga kami di Cicalengka, Kabupaten Bandung, sudah merasakan proses pembebasan lahan. Uang ganti rugi sudah diterima, menandakan ada pergerakan di tahap administrasi. Tanah sudah dibebaskan, tetapi tiang pancang masih belum terlihat.
Pertanyaan besarnya adalah: Kapan? Kapan kami bisa benar-benar merasakan manfaat jalan tol ini? Kami menantikan pintu tol di Nagreg Kabupaten Bandung dan Tarogong Garut yang akan memangkas derita macet tahunan.
Menakar Progres Getaci di 1 Tahun Pemerintahan Prabowo Gibran
Sejak awal, Tol Getaci adalah Proyek Strategis Nasional (PSN) yang sangat ambisius. Di bawah pemerintahan baru, proyek ini ditetapkan kembali dalam daftar PSN terbaru, yang diatur dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 16 Tahun 2025. Ini adalah kabar baik, karena setidaknya Getaci tidak dicoret.
Namun, kabar baik itu diiringi kabar yang membuat kami harus bersabar lagi. Kementerian PU sebagaimana yang ditulis Bisnis.com mengonfirmasi bahwa proyek ini sedang di-review ulang. Tujuannya baik, yaitu untuk memastikan kelayakan investasi dan pendanaan, mengingat anggaran yang dibutuhkan sangatlah besar, terutama untuk segmen yang melewati kontur tanah sulit di Bandung-Garut.
Review ini membawa dampak langsung pada panjang ruas tol yang akan dibangun. Awalnya, tahap pertama dibidik hingga Ciamis. Kini, muncul sinyal kuat bahwa tahap awal akan dipangkas hanya sampai Tasikmalaya. Artinya, nama tol bisa berubah dari Getaci menjadi Geta (Gede Bage-Tasikmalaya).
Bagi kami, warga yang berkepentingan Bandung-Garut, pemangkasan ini punya dua sisi mata uang. Sisi positifnya, dengan fokus yang lebih pendek (95,52 kilometer dari Gedebage ke Tasikmalaya), diharapkan pengerjaan Seksi 1 (Gedebage-Garut Utara) bisa dipercepat. Ini adalah segmen krusial yang kami butuhkan untuk menghindari macet parah.
Sisi negatifnya, ketidakpastian proyek ini terus berlanjut. Kegagalan lelang investor sebelumnya menunjukkan betapa sulitnya proyek ini. Dengan adanya review dan pemangkasan, kami khawatir jadwal mundur lagi, atau bahkan investor baru sulit ditemukan.