Sekolah memiliki peran sentral sebagai pusat aksi Misi Kolektif 'Zero Minus' karena sebagian besar waktu anak dihabiskan di sana.
Sekolah harus mengintegrasikan kesehatan mata ke dalam kurikulum dan aktivitas harian. Contohnya, menyediakan jeda singkat di antara jam pelajaran untuk menerapkan Aturan 20-20-20 bersama-sama.
Lingkungan fisik sekolah juga harus mendukung. Pencahayaan di ruang kelas harus optimal. Sekolah harus mendorong kegiatan luar ruangan dan memanfaatkan area terbuka untuk jam pelajaran yang fleksibel.
Pihak sekolah juga bisa bekerja sama dengan Puskesmas atau dokter mata untuk mengadakan pemeriksaan mata massal dan rutin bagi seluruh siswa. Deteksi dini adalah kunci keberhasilan.
Guru perlu dilatih untuk mengenali tanda-tanda awal masalah penglihatan, seperti anak yang sering menyipitkan mata, mengeluh sakit kepala, atau duduk terlalu dekat dengan papan tulis.
C. Peran Pemerintah dan Pihak Terkait (Dukungan Sistemik)
Keberhasilan misi ini membutuhkan dukungan sistemik dari pemerintah, dinas kesehatan, dan lembaga terkait.
Pemerintah daerah dan Dinas Kesehatan harus mempermudah akses anak-anak, terutama dari keluarga kurang mampu, terhadap layanan kesehatan mata dan kacamata yang layak. Program subsidi kacamata bisa menjadi salah satu solusinya.
Regulasi mengenai jam belajar daring dan penggunaan gawai untuk anak sekolah perlu ditinjau ulang, mengacu pada pedoman kesehatan mata terbaru yang membatasi paparan layar.
Lembaga non-pemerintah dan komunitas juga dapat berperan aktif dalam mengedukasi orang tua dan guru melalui seminar atau lokakarya mengenai pencegahan dan penanganan mata minus. Ini adalah tugas bersama untuk menciptakan generasi dengan penglihatan kelas dunia.
Kesimpulan