Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Bukan Sekadar Pelepas Dahaga: Teh, Kopi, dan Perang Dingin di Pasar Minuman Siap Saji

15 Oktober 2025   17:18 Diperbarui: 15 Oktober 2025   17:18 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual es teh di pinggir jalan. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Respon dan Inovasi Balasan dari Industri Kopi

Melihat popularitas teh yang melonjak, industri kopi tentu tidak tinggal diam. Mereka merespon dengan berbagai strategi, mulai dari penetapan harga hingga eksplorasi menu baru yang lebih "berani." Kopi menyadari bahwa mereka harus melawan persepsi sebagai minuman mewah atau minuman mahal.

Salah satu respons utama adalah munculnya varian kopi dengan harga yang jauh lebih terjangkau. Banyak coffee shop mulai menawarkan menu "kopi sachet" atau "kopi literan" dengan harga ekonomis, mencoba merebut kembali segmen konsumen yang lari ke teh. Mereka berusaha menggabungkan kualitas biji kopi dengan harga yang kompetitif.

Inovasi lain adalah dengan melampaui batas tradisional. Kopi kini dicampur dengan berbagai elemen baru yang tadinya identik dengan teh, seperti boba dan cheese foam. Bahkan, muncullah tren coffee mocktail yang memadukan kopi dengan sirup buah-buahan eksotis atau soda, menciptakan rasa yang segar dan ringan, mencoba menyaingi aspek kesegaran dari teh.

Kopi juga memperkuat identitasnya sebagai minuman pengalaman. Kedai kopi tetap menawarkan suasana yang nyaman, koneksi internet, dan ruang untuk bersosialisasi atau bekerja. Hal ini menjadi diferensiasi penting yang sulit ditiru oleh booth es teh yang umumnya hanya melayani take-away atau pembelian bawa pulang.

Persaingan ini memicu peningkatan kualitas bahan baku secara keseluruhan. Pemilik coffee shop semakin gencar mempromosikan asal-usul biji kopi single origin. Sementara itu, merek teh juga mulai fokus pada penggunaan teh premium, teh herbal, atau teh rempah khas Indonesia, menegaskan bahwa mereka juga menawarkan minuman yang lebih dari sekadar air gula.

Tantangan dan Kelanjutan "Perang Dingin"

Tantangan terbesar bagi kedua belah pihak saat ini adalah kejenuhan pasar. Jumlah gerai, baik kopi maupun teh, telah mencapai titik saturasi di banyak kota besar. Konsumen kini dibingungkan oleh terlalu banyak pilihan, sehingga loyalitas terhadap merek menjadi sangat tipis.

Bagi brand teh, masalah utama adalah mempertahankan konsistensi rasa di tengah persaingan harga yang ketat. Ketika semua orang menjual es teh jumbo dengan harga Rp5.000, margin keuntungan menjadi sangat kecil. Jika mereka terpaksa menurunkan kualitas bahan baku, konsumen akan cepat berpaling ke pesaing.

Sementara itu, tantangan bagi brand kopi adalah menyeimbangkan harga dan citra premium. Mereka harus menarik konsumen yang berorientasi harga tanpa merusak brand image yang sudah dibangun sebagai penyedia minuman berkualitas. Kopi harus terus berinovasi, tetapi tanpa kehilangan identitas aslinya.

Aspek keberlanjutan juga menjadi sorotan. Baik gerai kopi maupun teh sama-sama menghasilkan limbah plastik yang sangat besar dari cup sekali pakai. Ke depan, merek-merek yang mampu menawarkan solusi ramah lingkungan atau menggunakan kemasan yang lebih baik akan memiliki keunggulan kompetitif di mata konsumen yang semakin sadar lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun