Bagi saya, ini adalah kode pertama dan paling penting. Kehadiran Bapak adalah bukti nyata bahwa cinta itu bukan teori, tapi fakta yang bisa dirasakan dan dilihat setiap hari.
Ini adalah hal yang jarang dibicarakan, tapi sangat dirasakan oleh anak. Ketika Bapak memilih untuk tidak sibuk, itu artinya dia memilih anaknya. Dan pilihan itu adalah keberuntungan tak terhingga.
Kesabaran yang Membangun Karakter
Bapak adalah orang yang sangat sabar dalam menghadapi kebodohan dan kesalahan saya. Dan percayalah, saya punya banyak stok kebodohan saat tumbuh besar.
Saya pernah merusak kamera kesayangannya saat mencoba membongkar dan melihat "isi" di dalamnya. Saya takut sekali. Saya pikir Bapak akan marah besar, membentak, atau bahkan menghukum saya.
Tapi reaksinya di luar dugaan. Dia melihat kamera yang sudah jadi serpihan, menghela napas, dan berkata, "Kamu penasaran, ya? Bagus. Tapi lain kali, tanya Bapak dulu cara membongkarnya. Ini alat kerja Bapak."
Dia tidak memarahi rasa ingin tahu saya, tapi memperbaiki cara saya mengekspresikannya. Dia mengubah momen kegagalan menjadi momen pelajaran yang lembut.
Kesabaran ini bukan berarti Bapak tidak pernah marah. Dia marah, tapi marahnya selalu terarah pada tindakan saya, bukan pada diri saya. Dia tidak pernah membuat saya merasa bodoh atau tidak berharga.
Kesabaran semacam itu adalah guru terbaik dalam hidup. Itu mengajarkan saya bahwa membuat kesalahan itu wajar, asalkan saya belajar dan bertanggung jawab atas konsekuensinya.
Dengan kesabaran, Bapak memberikan ruang bagi saya untuk mencoba dan gagal. Dia tidak menekan saya untuk menjadi yang terbaik, tapi menuntut saya untuk melakukan yang terbaik yang saya bisa.
Dia juga sabar dalam mengajarkan nilai-nilai. Bukan dengan khotbah panjang, tapi dengan contoh yang diulang-ulang. Misalnya, selalu mengembalikan uang kembalian yang kelebihan, meskipun jumlahnya kecil.