Tiga hari lalu, pertahanan tubuh saya jebol. Penyakit musiman datang menyerang, ditandai dengan batuk dan pilek yang terasa mengganggu.Â
Namun, yang paling parah adalah rasa sakit di sekujur badan. Rasanya seperti semua otot ditarik bersamaan, menimbulkan nyeri pegal yang membuat pergerakan jadi sulit. Ini bukan sekadar flu biasa, ini adalah kombinasi serangan yang melelahkan.
Di rumah, saya mencoba pertolongan pertama yang biasa kami lakukan. Istri sigap membantu dengan memberikan obat bebas yang umumnya kami simpan, sejenis pereda demam dan nyeri seperti Sanmol, ditambah obat batuk berlabel biru yang kami percaya ampuh.Â
Setelah obat masuk, memang ada perubahan. Rasa sakit dan pegal sempat mereda, dan badan terasa lebih enak. Sayangnya, efek nyamannya sangat singkat. Hanya bertahan beberapa jam, kemudian kambuh lagi dengan intensitas yang sama. Seolah-olah tubuh saya sudah kebal terhadap dosis rumahan itu.
Masuk hari keempat, rasa nyeri otot yang seperti ketarik itu semakin menjadi-jadi. Kondisi ini membuat aktivitas harian terhambat total. Saya akhirnya mengambil keputusan untuk tidak menunda lagi dan segera pergi berobat ke dokter.Â
Saya sampaikan semua keluhan dengan detail: batuk, pilek, dan terutama rasa sakit pegal yang sangat mengganggu. Dokter mendengarkan dengan saksama dan kemudian memberikan paket obat yang lengkap. Ada obat pereda nyeri, obat pelemas otot, dan tentu saja obat batuk. Harapannya, rangkaian obat ini bisa memutus rantai penderitaan yang saya alami.
Obat-obatan dari dokter itu langsung saya minum setibanya di rumah. Hasilnya, sesuai harapan, rasa nyeri otot memang mulai berkurang. Sensasi pegal yang menindas itu perlahan menghilang. Namun, muncul fenomena aneh yang tidak saya duga. Justru setelah meminum obat-obatan tersebut, batuk saya malah bertambah parah.Â
Saya tidak yakin apakah ini adalah reaksi dari obat pelemas otot, atau interaksi antara obat-obatan yang berbeda, atau bahkan memang perjalanan alami dari penyakit itu sendiri.Â
Keadaan ini membuat saya berpikir keras, di tengah rasa syukur karena nyeri otot berkurang, muncul kegelisahan baru akibat batuk yang makin menghebat.
Nyeri Fisik Versus Dorongan Menulis: Hobi sebagai Terapi
Meskipun badan terasa remuk, terbaring di kasur, dan dihantui misteri reaksi obat, satu hal tidak pernah padam, dorongan untuk menulis. Menulis di Kompasiana sudah menjadi hobi lama, sebuah kebutuhan, dan bahkan sebuah ritual.Â