Ini adalah kisah tentang keberanian dan harapan, sebuah perjalanan yang melintasi pulau Jawa hingga ke Sumatera. Cerita ini berpusat pada sebuah keluarga asal Bandung yang puluhan tahun lalu memutuskan untuk mengambil langkah besar, mengikuti program transmigrasi.Â
Mereka meninggalkan kenyamanan tanah Pasundan, membawa serta impian akan penghidupan yang lebih baik di tempat yang sama sekali baru. Tujuannya adalah Lampung, dan di sanalah, di tengah hamparan kebun, mereka mulai menulis babak baru kehidupan sebagai petani kopi.Â
Kisah ini bukan tentang kemewahan, melainkan tentang ketekunan, kerja keras, dan bagaimana sebatang pohon kopi bisa menjadi tiang penyangga masa depan.
Menempa Takdir di Tanah Rantau: Dari Bandung ke Air Bakoman
Perpindahan dari Bandung ke Lampung bukanlah perkara mudah. Meninggalkan kampung halaman yang sudah akrab dengan keseharian berarti harus memulai segalanya dari nol. Keluarga ini tiba di sebuah daerah bernama Mangga Srimanganten Air Bakoman.Â
Nama yang terasa asing, namun di sanalah ladang harapan mereka terbentang. Lahan yang mereka dapatkan harus diolah, semak belukar harus dibersihkan, dan rumah sederhana harus didirikan dengan tangan sendiri. Semua adalah proses yang menguras tenaga dan mental.
Pilihan utama profesi mereka jatuh pada bertani kopi. Keputusan ini didasari oleh potensi alam Lampung yang memang sangat cocok untuk komoditas ini. Walaupun mereka juga bertani komoditas lain, kopi menjadi fokus utama dan sumber penghidupan paling penting.
Mereka belajar memahami tanah dan iklim Lampung yang berbeda dari Jawa Barat. Segala proses pertanian dipelajari secara otodidak, dibantu oleh sesama transmigran dan penduduk lokal.Â
Ini adalah fase adaptasi yang keras. Panas terik, hujan lebat, dan serangan hama adalah tantangan harian yang harus dihadapi. Tidak ada waktu untuk bermalas-malasan; setiap hari adalah perjuangan untuk memastikan bibit kopi yang ditanam bisa tumbuh subur.
Mereka tahu bahwa hasil dari kerja keras ini akan dinikmati oleh anak cucu mereka. Kehadiran keluarga menjadi penyemangat terbesar. Istri dan anak-anak ikut serta, bahu-membahu mengurus kebun.