Keputusan ini bukan berarti mereka hidup tanpa pengamanan sama sekali. Semua negara ini tetap memiliki Kepolisian Nasional yang kuat dan terlatih. Beberapa juga memiliki unit paramiliter atau Garda Nasional yang berfungsi untuk penegakan hukum dan keamanan dalam negeri, bukan untuk operasi perang.
Menghentikan Biaya, Mengalihkan Prioritas Pembangunan
Salah satu argumen terkuat di balik pilihan tanpa militer adalah aspek ekonomi: penghematan biaya pertahanan. Anggaran militer di banyak negara bisa menghabiskan miliaran atau triliunan rupiah setiap tahun, digunakan untuk membeli alutsista, menggaji personel, dan operasi.
Bagi negara kecil atau negara yang baru pulih dari konflik, menghentikan pengeluaran ini adalah keputusan finansial yang cerdas. Dana yang biasanya dialokasikan untuk kapal perang atau pesawat tempur dapat dialihkan untuk infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, dan air bersih.
Kosta Rika adalah bukti nyata. Dengan mengalihkan dana dari militer, mereka dapat berinvestasi besar-besaran dalam sistem kesehatan dan pendidikan yang kini diakui sebagai salah satu yang terbaik di kawasan mereka. Mereka menunjukkan bahwa keamanan rakyat yang sebenarnya terletak pada kesejahteraan dan kesempatan hidup yang baik.
Pilihan ini juga mencerminkan pandangan bahwa ancaman modern tidak selalu berbentuk invasi bersenjata. Ancaman seperti perubahan iklim, pandemi, kejahatan siber, dan kemiskinan memerlukan solusi sipil, bukan militer. Mengalihkan anggaran adalah cara untuk memprioritaskan "pertahanan" terhadap ancaman non-tradisional ini.
Tentu saja, ada risiko. Negara-negara ini harus memiliki hubungan diplomatik yang sangat kuat atau perjanjian pertahanan yang solid dengan negara lain. Keamanan mereka dibangun di atas fondasi kepercayaan dan aliansi, bukan kekuatan senjata.
Mereka membuktikan bahwa dividen perdamaian (keuntungan finansial dari penghentian perang atau pengurangan militer) dapat memberikan manfaat jangka panjang yang lebih besar bagi stabilitas internal dan pembangunan sosial ekonomi dibandingkan dengan memiliki tentara yang mahal.
Menginspirasi Gerak Global Melalui Diplomasi Damai
Keberadaan lebih dari 30 negara tanpa militer memberikan pelajaran penting bagi komunitas internasional. Pilihan mereka menjadi sebuah Gerak Global yang menginspirasi, menunjukkan bahwa netralitas, diplomasi, dan penekanan pada hukum internasional dapat menjadi alat pertahanan yang efektif.
Negara-negara ini seringkali menjadi aktor utama dalam diplomasi damai dan mediasi konflik internasional. Karena mereka tidak membawa beban kekuatan militer, mereka dipandang lebih netral dan tepercaya dalam perundingan. Mereka fokus pada pembangunan hubungan, bukan pada konfrontasi.