Pertama, kami membiasakan mereka untuk saling membantu satu sama lain. Sebagai kakak, putra sulung kami belajar untuk sabar membimbing adik-adiknya.Â
Saat adik-adiknya kesulitan mengerjakan tugas sekolah, ia tidak langsung memberikan jawaban, melainkan membimbing mereka untuk menemukan solusinya sendiri. Ini melatih kesabaran dan empati.
Kedua, kami mengajarkan mereka untuk memiliki tanggung jawab personal terhadap barang-barang pribadi dan lingkungan di sekitar mereka.Â
Mereka bertanggung jawab merapikan kamar, membersihkan meja belajar, dan membantu membereskan meja makan setelah selesai.Â
Ini mengajarkan mereka bahwa setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab dalam menjaga keharmonisan rumah tangga.
Ketiga, kami menciptakan ruang diskusi yang terbuka. Setiap malam, kami sering duduk bersama dan saling berbagi cerita tentang apa yang kami alami seharian.Â
Saya dan istri sering menceritakan pengalaman kami dalam membantu orang lain, dan kami mendengarkan cerita mereka tentang teman-teman atau guru di sekolah.Â
Ini menciptakan iklim saling percaya, di mana mereka merasa nyaman untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhan mereka.Â
Dalam diskusi ini, kami juga sering menyelipkan pelajaran tentang bagaimana menjadi lebih peka terhadap perasaan orang lain.
Kesimpulan
Perjalanan saya sebagai caregiver, dimulai dari mendampingi Enin di Buah Batu, telah membentuk cara pandang saya tentang kehidupan dan mendidik anak.Â