Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketika Selokan Belakang Rumah Bukan Sekadar Saluran, tapi Visi Lingkungan Berkelanjutan

17 September 2025   14:46 Diperbarui: 17 September 2025   14:46 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selokan air berada di antara bangunan lama dan yang baru dibangun. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Ketika Lahan Hijau Berubah Jadi Hutan Beton

Dulu, di perumahan kita, masih banyak lahan kosong. Lahan itu luas, ditumbuhi rumput dan pohon, menjadi area bermain anak-anak. Saat musim hujan, air tumpah dari langit dengan derasnya, tapi tidak pernah menimbulkan masalah. 

Air hujan dengan mudah meresap ke dalam tanah, mengalir perlahan ke lahan kosong di sekitarnya, lalu menghilang begitu saja. Lingkungan kita terasa sejuk, asri, dan aman dari ancaman banjir. 

Keberadaan lahan kosong ini menjadi semacam "sistem drainase alami" yang sangat efektif. Kita tidak pernah terlalu memikirkan soal selokan karena alam sudah menyediakan solusinya.

Seiring berjalannya waktu, satu per satu lahan kosong itu mulai dibeli. Papan-papan pengumuman "Dijual" berganti dengan tiang-tiang pancang dan tumpukan material bangunan. 

Rumah-rumah baru mulai berdiri, memenuhi setiap sudut lahan yang dulunya hijau. Semakin banyak rumah dibangun, semakin sedikit pula lahan yang terbuka. Aspal dan beton menutupi tanah, mengunci pori-pori bumi. 

Permukaan yang dulunya bisa menyerap air kini menjadi keras dan kedap. Air hujan yang tumpah tidak lagi bisa meresap ke dalam tanah. Ia terpaksa mengalir di permukaan, mencari jalan lain, dan mulai menimbulkan masalah.

Di sinilah masalah mulai muncul. Air hujan yang tidak bisa meresap mulai menggenang. Genangan kecil di halaman rumah perlahan membesar menjadi genangan yang lebih luas, dan di saat hujan lebat, genangan itu berubah menjadi banjir lokal. 

Kita mulai menyadari bahwa lingkungan kita tidak lagi sama. Kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan menjadi pemandangan yang biasa. Fenomena ini memaksa kita untuk melihat satu detail kecil yang selama ini terabaikan yaitu selokan.

Keberadaan selokan di belakang rumah menjadi sangat penting. Saluran ini bukan hanya sekadar jalur air, melainkan sebuah urat nadi yang memastikan sistem lingkungan tetap berfungsi. 

Dengan semakin padatnya bangunan, selokan menjadi satu-satunya cara bagi air hujan untuk bisa dialirkan. Tanpa selokan yang memadai, air akan kembali menggenang dan merusak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun