Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menkeu dan "Beban Negara", Bagaimana Guru Bisa Bikin Negara Merdeka dari Beban?

19 Agustus 2025   20:27 Diperbarui: 19 Agustus 2025   20:27 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sri Mulyani dan kabar hoax soal guru beban negara. | KOMPAS.com/ISNA RIFKA SRI RAHAYU

Guru dan Miskonsepsi "Beban"

Beberapa waktu lalu hingga saat ini, jagat media sosial heboh. Sebuah potongan video Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, beredar luas. Dalam video itu, ia seakan-akan menyebut guru sebagai "beban negara". 

Reaksi publik pun tak terhindarkan. Berbagai komentar pedas, kritikan, hingga ungkapan kekecewaan membanjiri lini masa. Masyarakat, terutama para guru, merasa terkhianati dan tidak dihargai. Label "beban" terasa sangat menyakitkan, seolah-olah pengabdian mereka selama ini dianggap tak bernilai.

Namun, seperti yang sering terjadi di era digital ini, potongan video seringkali menyesatkan. Narasi yang dibangun dari sepenggal rekaman itu tidak utuh. Faktanya, konteks dari pernyataan Sri Mulyani sangat berbeda. 

Ia tidak bermaksud melabeli guru sebagai beban. Justru sebaliknya, dalam pidatonya di sebuah konvensi di Bandung, ia sedang membahas tantangan besar yang dihadapi negara, yaitu soal rendahnya gaji guru dan dosen.

Sri Mulyani menyoroti bagaimana kondisi gaji yang kecil ini menjadi sebuah persoalan yang harus diselesaikan. Ia mempertanyakan apakah seluruh pembiayaan ini bisa ditanggung sepenuhnya oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau perlu ada partisipasi dari masyarakat. 

Pernyataannya itu justru menunjukkan kepedulian terhadap kesejahteraan guru. Ia menyadari, anggaran pendidikan yang besar, termasuk untuk gaji dan tunjangan, memang menjadi tantangan finansial negara. Namun, itu bukan berarti guru adalah "beban", melainkan sebuah investasi besar untuk masa depan bangsa.

Salah kaprah ini mencerminkan betapa rentannya persepsi publik terhadap informasi yang tidak lengkap. Isu kesejahteraan guru memang sudah lama menjadi sorotan. Banyak orang merasa profesi ini kurang dihargai. 

Gaji yang pas-pasan, tunjangan yang tidak seberapa, ditambah dengan tuntutan pekerjaan yang terus meningkat, seringkali membuat guru merasa terpinggirkan. Miskonsepsi ini harus diluruskan. Guru bukanlah tanggungan, melainkan aset vital yang membentuk generasi penerus bangsa. Tanpa dedikasi mereka, mustahil kita bisa meraih kemajuan.

Jika kita melihat data, total anggaran pendidikan di Indonesia mencapai angka yang fantastis, yaitu sekitar Rp724,3 triliun. Angka ini setara dengan 20 persen dari total belanja negara. Sebagian besar dana ini memang dialokasikan untuk belanja pegawai di sektor pendidikan, termasuk gaji dan tunjangan. 

Ini menunjukkan bahwa negara sebenarnya mengalokasikan dana yang tidak sedikit untuk sektor ini. Namun, tantangannya adalah bagaimana anggaran yang besar ini bisa disalurkan secara efektif dan memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun